Disebuah lorong yang gelap dihiasi temaram lampu bewarna kekuningan, seorang lelaki berbaju serba hitam berjalan santai, kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celana dengan rapi. Dibelakangnya mengekor dua orang yang berbadan lebih besar dengan banyak tato dilengan juga leher. Mungkin bisa disebut preman namun terlalu rapi juga untuk disebut preman, mafia? Mungkin...
Ketiga orang ini terus berjalan menyusuri lorong yang gelap itu, sesekali mereka menuruni tangga, bertemu lorong lagi, menuruni tangga kembali dan melewati lorong lagi hingga akhirnya sampai disebuah ruangan bawah tanah. Cukup tertutup memang, tunggu dulu, apa yang mereka lakukan ditempat yang jauh dari hiruk pikuk kota begini ?
"kon kooon~... Kanata Sensei" pimpinan mafia itu membuka kacamatanya dan menyapa lelaki bertubuh kurus dengan jas serba putih didalam sana. Disekeliling ruangan ini terdapat banyak sample makhluk hidup yang tersimpan rapi didalam toples toples pengawet berwarna warni.
Terdapat sebuah meja oval disana dan diatasnya terdapat 2 unit mikroskop usang dan peralatan medis yang lain, juga beberapa komputer yang semuanya menyala sehingga cahayanya menyilaukan mata"kau kemana saja Takaki Yuya" jawab pria yang disapa itu menoleh kebelakang, dengan tatapan malas ia melihat tamunya sudah duduk tanpa dipersilahkan
"menjalankan bisnis" jawab si pria berjas hitam sinis
"oh yaaa....aku akan senang menerima hasilnya"
"oi Kanata Sensei... aku harap kau menyiapkan amunisi sebanyak mungkin"
"aku bahkan belum membuatnya satupun"
"aku tidak peduli...kita harus menjual banyak amunisi secepatnya !"
"ahahahahahhaah kenapa ? kenapaa? Kau naif takaki ? kau takut tertular?? Kau takut bangkrut?? Ahahahahahha lucu.. lucu lucu ... kau itu lucu sekali... aku mau kita bersenang-senang terlebih dahulu baru kita jalankan bisnisnya" ucap dokter yang dipanggil kanata itu sambil tersenyum , ia meremat botol susu dengan perisa stroberi yang ada di atas meja dan melemparkannya ketempat sampah dengan agresif
--00---
"hah susu?" tanya yuri yang kini berdiri dibelakang kursi para analis kesehatan didalam lab, tak lupa coast tampan yang selalu mengekor dibelakangnya, Yamada Ryosuke
"hai' virusnya terdapat dalam salah satu merek susu.. merek pico pico"
"yappari ! Yudai-sensei tolong buat konfrensi pers untuk menghentikan distributor produk susu itu" perintah Yuri
"baik akan aku tangani" jawab Yudai sensei tegas
"Ryosuke" panggil Yuri kepada yang lebih muda
"iyaa?"
"aku ingin bicara empat mata denganmu"
Mereka berdua berjalan menjauhi lab dan menuju taman yang ada dihalaman tengah rumah sakit. Yuri duduk dibangku bewarna coklat disana, ia melepaskan kacamatanya dan memijit keningnya frustasi.
"Ryosuke..."
"iyaaa?"
"aku ingin kau dan daiki membatalkan mata kuliah ini" ucap Yuri sendu, ia masih memijit mijit keningnya dengan kedua tangannya yang mungil itu
"aku tidak mau"
"hahhaah tentu saja kau terlalu bodoh untuk memahaminya" yuri tertawa, manis sekali membuat Ryosuke bahkan tidak ingin berkedip. Ya Yuri jarang tertawa, kalau mengomel jangan ditanya, dosisnya sudah melebihi 3x sehari.
"pokoknya aku tidak mau !" Ryosuke dengan kepala batunya
"nasib kita tidak ada yang tau, kau lihat lonjakan kasusnya tinggi sekali....kita belum tau penyakit ini menular atau tidak, kita juga belum bisa menemukan vaksinnya" Yuri mengeraskan suaranya
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandemic [✓]
Science FictionJudul : Pandemic Genre : Family, Friendship, Romance (Slight) Pairing : Yamachii, Okajima, Takanoo Summary : Negara Jepang sedang dilanda sebuah wabah virus aneh yang muncul tiba-tiba. mampukah chinen yuri dan Yamada Ryosuke menyelamatkan semua pas...