Disepanjang perjalanan Yuri hanya menatap keluar jendela mobil yang melaju, Ryosuke pun masih fokus menyetir mobil. Yuri menggigit bibir bawahnya menyaksikan banyak sekali orang orang yang terinfeksi diluar sana. Hatinya sakit sekali mengetahui fakta bahwa mereka belum tentu bisa sembuh semua. Sebagai seorang dokter, kasus ini adalah kegagalan terbesarnya,
"Yuri" panggil Ryosuke , ia mengalihkan pandangan dari jalanan dan menatap Yuri sekilas
"emmmm"
"mukamu merah"
"aku sedikit demam tapi tidak apa apa" jawab Yuri singkat
"mau tidur?"
"enggak"
"mau makan?"
"enggak"
"mau peluk aku?"
Yuri tidak menjawab pertanyaan mahasiswanya melainkan melempar tatapan membunuh untuknya, dan Ryosuke pun tertawa ringan. Tangannya begitu gatal ingin memeluk dokter kecil disebelahnya, yang selalu marah-marah, yang selalu mengomel, yang selalu keras kepala, tapi selalu terlihat manis dimatanya.
mobil behenti didepan sebuah swalayan yang sudah lengang, keadaan benar-benar buruk untuk saat ini. mereka bisa berada dimana saja dan kapan saja untuk mengancam jiwa. dengan terburu-buru Yuri melepaskan sabuk pengamannya dan berniat keluar dari mobil sebelum Ryosuke manahannya
"chotto chotto kau mau kemana Yuri"
"mau bertemu Yuno, apalagi??" Kesal yuri karena Ryosuke mengahalanginya keluar dari mobil, Ryosuke mencengkram tangannya tangan kuat sekali.
"kita lihat situasi dulu ! disini belum tentu aman kan? jangan seenaknya bertindak sendiri !" kata Ryosuke dengan nada yang sedikit keras, sementara Yuri hanya terdiam.
Jika itu mengenai Yuno entah mengapa ia tidak bisa bersikap tenang, Yuri tidak bisa menjalankankan pikirannya dengan baik, karena Yuno adalah satu satunya harta berharga yang ia miliki saat ini. Satu-satunya yang menjadi pengobat rindu akan kehadiran kakaknya. Ia tidak ingin kehilangan untuk kedua kalinya.
Ryosuke melepaskan cengkraman tangannya ketika menyadari Yuri sudah sedikit tenang, namun kedua alisnya sedikit naik melihat ada yang aneh dengan tangan Yuri. ditangannya terdapat goresan yang cukup panjang dan dalam. luka goresan itu memerah dibagian pinggirnya dan bewarna sedikit putih dibagian tengah
"Yuri apa ini??"
".................."
"YURI JAWAB !! kenapa tanganmu? Kenapa luka? Ini kenapa bisa begini? kenapa? kau kenapa?? jawab Yuri jawab" tanya Ryosuke dengan tidak sabaran melihat ada luka ditangan Yuri
"berisik" jawab Yuri terus mengelak
"Yuri......" panggil Ryosuke dania menatap tajam ke arah mata Yuri, membuat lelaki yang lebih pendek itu terpaku
".................."
"aku bertanya, kenapa tanganmu?"
"dicakar"
"dicakar siapa? Dimana? Kaapan? Kenapa bisa? Kenapa aku tidak lihat? kenapa aku bisa tidak lihat? dimana? dimana kau terkena cakaran ini?"
"dicakar pasien, saat di IGD, setelah kau memukul pasien waktu itu" jawab Yuri sendu
Tanpa banyak bicara lagi Ryosuke menariknya kedalam sebuah pelukan. Ryosuke menangis, ia menangis sejadinya jadinya. "tidak tidak tidak.. Yuri tidaak, kau pasti salah, kau pasti bohong kaan"
"aku tidak berbohong, aku dicakar pasien" ucap Yuri pelan
"kenapa aku bisa tidak lihat? astagaa Yuri...?" tanya Ryosuke masih memeluk dan menangis
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandemic [✓]
Science FictionJudul : Pandemic Genre : Family, Friendship, Romance (Slight) Pairing : Yamachii, Okajima, Takanoo Summary : Negara Jepang sedang dilanda sebuah wabah virus aneh yang muncul tiba-tiba. mampukah chinen yuri dan Yamada Ryosuke menyelamatkan semua pas...