36: Jatuh

4.8K 500 23
                                    

"Yon! Yon! Buruan turun, itu bapak-bapak kaya kayaknya bakal nyamperin kita deh," seru Devan kegirangan. Pemuda itu bahkan kesenangan sekali seolah-olah mau bertemu presiden.

"Norak banget lo anjir! Kayak nggak pernah liat orang kaya aja," balas Leon dengan muka sewot, tapi pemuda itu terlihat enggan sekali menoleh, Leon masih berkutat dengan antena-nya.

"Ya elah, Yon. Ini namanya sejarah tahu nggak, kan jarang-jarang ketemu orang kaya," jawab Devan.

"Sama aja goblok! Lo norak sumpah." Leon refleks langsung berdiri karena kesal dengan Devan, mana antenanya nggak nyala-nyala lagi, padahal udah Leon praktek-in kek di youtube tapi masih nggak bisa, emang Leon nya aja yang kagak biasa benerin tuh antena.

"Eh-eh, lo kok berdiri sih Yon, entar lo jatuh lagi, bisa malu-malu-in loh kalau jatuh terus dilihat tuh bapak-bapak kaya itu," omel Devan pada Leon.

"Bisa nggak sih lo jangan ganggu gue dulu! Gue nggak bisa konsen tahu nggak dari tadi nge-dengerin lo nyerocos nggak jelas, mending kalau berfaedah ini nggak sa—"

"Arghhhh!" akibat nyerocos nggak jelas kaki Leon keseleo dan mengakibatkan ia jatuh berguling-guling di genteng. Apalagi badannya sedikit bongsor jadi badannya lancar-lancar aja tuh ngerosotnya.

"LEONN!!"

Brukkk!

------

"Eh, mas liat anak ini nggak, ya?" tanya Radit pada semua orang yang ia temui, dengan bermodalkan foto Leon, Radit mencari keberadaan Leon. Bukan tanpa alasan Radit rela-rela mencari Leon dengan seperti itu, pasalnya Zein sudah mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari Leon tapi anak itu seperti hilang ditelan bumi, tidak ada yang tahu letak anak itu. Seperti ada seseorang yang menyembunyikan nya dengan sengaja.

"Maaf Dek, saya nggak liat. Emang itu siapa Adek?" tanya orang itu.

"Itu adik saya Mas," jawab Radit tersenyum kaku.

"Oh, emang kenapa bisa ilang, berantem ya?"

"Cuman salah paham aja, Bang, kalau gitu saya cari adik saya dulu ya Bang." Radit langsung pamit kepada orang itu, lagi-lagi ia harus seperti kemarin. Tidak menemukan apa-apa.

'Abang bener-bener nyesel Yon, kamu dimana sekarang?" Radit membatin sambil berusaha mencari keberadaan adik tirinya itu.

------

Brukk!

Leon terjatuh dengan posisi terlentang, tapi kesadaran masih ada, aneh dia tidak merasakan sakit kecuali pada area kakinya gang emang sudah terkilir.

"Kau tidak apa-apa, Nak?" suara berat pria itu membuat Leon tersadar jika ia sedang digendong seseorang. Ternyata ia tidak jadi jatuh karena pria yang Devan katakan bapak-bapak kaya itu lah yang menangkapnya.

Leon menoleh mengamati setiap inci wajah pria itu. "Eh, Om Brata ... kenapa Om bisa berada disini?" tanya Leon sambil cekikikan.

Devan hanya menganga saja, ternyata Leon diam-diam sudah kenal dengan bapak kaya raya itu, ah ini namanya rezeki nomplok pikir Devan, bisalah suruh Leon minta mobil mewahnya satu, dasar Devan, dirumahnya juga banyak tapi pemuda itu kayak orang miskin saja.

"Om, yang harusnya bertanya, kenapa kamu bisa disini?" tanya Brata seolah-olah ia tak tahu peristiwa yang dialami Leon, calon anak nya itu.

"Ini lagi, benerin antena segala. Siapa yang nyuruh kamu naik hah, untung Om cepet nangkep kamu, kalau nggak udah geger otak kamu nanti," marah Brata, semua bodyguardnya pun langsung menunduk karena jika tuan nya sudah marah, semua orang bakal kena imbasnya juga.

"TV kontrakan Leon rusak, Om. Jadi dia naik sendiri buat benerin antena, Om kan kaya jadi belikan TV untuk Leon ya Om." bukan Leon yang menjawab melainkan Devan, pemuda bahkan tidak ada rasa takut nya sama sekali pada Brata.

Leon yang masih dengan posisi digendong-an Brata langsung melotot. "Anjing emang sih Devan, pake acara ngadu segala lagi," batin Leon.

Leon tahu Brata ini orang nya mudah sekali marah, jadi Leon mau cari aman saja dengan pura-pura sakit kaki aja lah, kek nya enak gitu di overprotektif-in sama Brata.

"Galang!" Brata langsung memanggil orang kepercayaannya.

"Iya tuan, ada apa?"

"Bubarkan semua orang yang ada disini, jangan biarkan ada satu pun yang melihat kejadian ini, dan satu lagi panggil dokter kemari secepatnya."

"Siap, Tuan."

"Om kok gitu sih! Kasihan lo semua orang yang ngontrak disini kalau semua dibubarin," protes Leon tak terima, pemuda langsung mengeratkan pelukannya pada Brata karena kakinya benar-benar sakit.

"Demi kenyamanan kamu, Leon."

"Bener tuh kata Om kaya, lo gimana sih Yon dikasih enak tapi nggak mau, goblok banget emang." ya ampun itu sih Devan kok makin hari makin aneh, ketularan Leon tuh pasti.

"Om, kaki Leon sakit, hiks-hiks," rengek Leon sambil berpura-pura menangis, dia sebenarnya mau liat ekspresi pria itu saja.

"Galang, siapkan mobil kita pergi ke rumah sakit," titah nya pada Galang tapi Leon langsung menggeleng tidak setuju.

"Obatin disini aja, Om," rengek nya lagi, ternyata asyik juga membuat Brata cemas, itu tandanya pria itu benar-benar sayang padanya.

sedangkan Devan? Devan hanya melongo saja melihat perubahan Leon yang terkesan manja.

Vote oke

L E O N ZAKA DIJAYA (PROSES REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang