4. Tidak Mau Makan!

7.4K 517 19
                                    

"Sialan tu si Zein!" marah Leon ketika sampai di sekolahannya. Persetan dengan semua orang menatapnya aneh, Leon tidak peduli, dirinya sangat kesal dengan manusia bernama Zein, papanya.

"Lo kenapa?" Leon menoleh kebelakang saat seseorang menepuk pundaknya.

"Mau apa lo? Lo bukan temen gue lagi!" marah Leon pada Devan, siapa lagi kalau bukan Devan? Karena tidak ada teman lain, kecuali Devan di sekolahnya yang berani seenaknya menegur Leon.

"Santai dong, lo emangnya kenapa sih, uring-uringan gini?"

"Biasa bokap ngajak debat," jawab Leon santai.

"Harusnya nggak lo ladenin lah, dia kan juga bokap lo." Mata Leon berubah jadi tajam, bisa-bisa si curut Devan menambah emosi Leon.

"Gue nggak akan ladenin dia kalau dia nggak bawa setan ke rumah!"

"Hah! Setan?" Devan buru-buru mendekati Leon guna meraih informasi yang ia dengar.

"Maksud lo, Om Zein melihara tuyul gitu?" tangan Leon langsung mengepal kuat, nafasnya memburu, ternyata percuma juga dia bicara dengan Devan yang tidak tahu apa maksud yang ia katakan.

"Terserah lo deh, gini nih kalau punya temen yang suka makan micin!" Leon kemudian meninggalkan Devan sendirian.

Devan masih terpaku ditempatnya, mencoba mencerna perkataan Leon. Namun konsentrasinya pecah seketika ketika bel pertanda masuk disekolah mereka berbunyi.

"Bodo ah, mau om Zein melihara tuyul kek, mau melihara gendorowo, pokoknya terserah dia, pusing juga mikirin nya!" cerocos Devan sambil berusaha mengejar Leon yang sudah jauh darinya.

-----------------

Saat bel istirahat, Leon masih betah tidur-tiduran dikelasnya. Berbeda dengan anak lain yang mulai berhamburan ke kantin guna mengisi perut mereka. Leon tidak, dia tidak nafsu walau hanya sekedar untuk meredakan sakit perutnya. Mengingat peristiwa di rumahnya, Leon jadi tidak nafsu makan, walau sebenarnya perutnya sudah keroncongan minta diisi.

"Tuan muda."

"Eugghh." pemuda itu bangun lalu menormalkan penglihatannya, takutnya dia salah dengar, karena Leon merasa ada seseorang yang membangunkannya.

"Tuan muda. Ini saya diperintahkan Tuan besar, buat nganterin makanan buat Tuan Muda." dua bodyguard itu menaruh kantong kresek besar yang mereka bawa ke meja, Leon.

"Buat apa, nih?"

"Kata Tuan Besar, Anda harus makan, nanti maag anda kambuh Tuan Muda," Leon manggut-manggut nggak jelas.

"Gue nggak mau makan, sana bawa aja pulang!" Leon menyuruh para bodyguard papanya pulang membawa kembali makanan yang mereka bawa.

"Tapi Tuan Muda, kami tidak akan pulang kalau Tuan Muda belum makan."

"Emang kalian bawa makanan, apa?" Leon mencoba mengamati kantong kresek yang ada didepannya.

"Silahkan cek sendiri Tuan Muda,"

"Ini yang kalian bilang makanan? Kok kek gitu bentukannya! Kayak anak TK aja!" kesal Leon karena mereka membawa makanan untuk anak kecil seperti buat anak kecil

"Ini yang kalian bilang makanan? Kok kek gitu bentukannya! Kayak anak TK aja!" kesal Leon karena mereka membawa makanan untuk anak kecil seperti buat anak kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pake di bentuk-bentuk segala lagi!" Leon kembali menutup makanannya, hari ini moodnya benar-benar kacau. Dirinya benar-benar diperlakukan layaknya anak Tk. Gimana nggak jijik coba? Apa kata orang nanti kalau tahu seorang Leon masih makan, makanan yang katanya sehat seperti ini.

"Tapi Tuan Muda, semua itu sehat untuk kesehatan Anda."

"Sehat dari mana? Yang ada, gue berubah jadi anak TK tahu nggak! Kalau gue makan makanan kek gitu!"

"Tapi Tuan, kalau Anda masih tidak ingin makan, terpaksa kami harus menelepon tuan besar." Leon berdecak kesal saat bodyguard itu mulai mengeluarkan handphonenya.

"Dianterin makanan nih kayaknya anak papa," ejek Devan saat memasuki kelasnya.

"Jangan nambah beban gue deh! Mending lo diem aja, kalau mau lo makan aja nih makanan gue." Leon menyodorkan makanannya kehadapan Devan.

"Yang bener nih?" Devan tampak sumringah saat Leon memberikan makanannya.

Belum sempat Devan mengambilnya para bodyguardnya duluan yang mengambilnya.

"Kok diambil sih, gue dikasih lo sama Leon," ujar Devan lesu.

"Maaf Tuan Muda Devan, tapi makanan ini buat Tuan Muda Leon." Devan hanya memanyunkan bibirnya kala mendengar jawaban dari para bodyguardnya, papa Leon.

"Kasih aja sih nggak apa-apa, lagian juga gue nggak mau makan kek, gituan!"

"Tuan Muda saya sudah menelepon tuan besar, katanya kalau Anda tidak ingin makan. Tuan Besar akan mencabut seluruh fasilitas yang ada tangan Tuan Muda."

"Nggak bisa gitu dong, dasar bapak durhaka, tega banget main cabut-cabut aja!"

"Maka dengan itu tuan muda harus makan."

"Iya-iya, tapi bilang ya sama bapak durhaka itu, jangan cabut fasilitas gue!"  Leon mengambil kentong kresek dan membukanya.

"Dev, bagi dua aja, kita makan barengan. Tapi karena lo gue kasih. Gue mau lo habisin sepertiganya gue mah sisanya, titik nggak pake koma!"

"Siap anak papa," balas Devan, sebenarnya dirinya sudah lapar, dan tujuannya ke sini mau mengajak Leon ke kantin. Berhubung Leon sudah dianterin makanan ama bokap nya, rezeki kagak kemana-mana emang pikir, Devan.

L E O N ZAKA DIJAYA (PROSES REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang