"Mphhhhh-mphhhhh!" tubuh Leon langsung ditarik menuju belakang gedung rumah sakit, pelaku nya pun tak main-main, tangan Leon mendadak terasa ngilu saat pergelangan tangannya dicekal dengan keras.
Bughh!
Tubuh Leon terjatuh keras ke rumput kala orang itu mendorongnya dengan keras.
"Ne-nenek," lirih Leon.
"Kenapa? Kamu ini dibilangin ngeyel ya, kan saya sudah bilang sama kamu jangan pernah temui Zein lagi!" Rina menarik rambut Leon dengan keras membuat kepala Leon langsung mendongak.
"Tapi, Leon mau ketemu Papa, Nek, boleh ya?" ujarnya sendu, entah kenapa air matanya tidak bisa diajak kompromi, keluar begitu saja tanpa izin dari Leon. Leon benar-benar rindu dengan Zein, tapi kenapa Nenek nya ini melarang nya untuk bertemu dengan Ayah kandungnya sendiri, sebesar apa salahnya hingga Nenek nya ini membenci nya seperti itu.
Rina hanya tersenyum kecut. "Apa! Kamu mau ketemu Zein? Denger ya anak sialan, kamu nggak liat Zein udah bahagia tanpa kamu, dia udah nggak perlu lagi anak sialan kayak kamu, mending sekarang kamu pergi, pergi sejauh-jauhnya dari Zein!"
"Nggak Nek, sebelum Leon bertemu dengan Papa, Leon nggak akan pergi."
"Jangan suruh saya pake kekerasan ya, pergi atau nggak nyawa kamu taruhannya." Rina mengeluarkan sebuah belati yang entah dapat darimana. Dia benar-benar gila mau membunuh cucunya sendiri, dasar nggak punya hati.
"Berhenti!"
Baru saja Rina ingin mengarahkan pisau itu kepada Leon, seseorang datang mengehentikan pergerakan Rina. Galang datang tepat waktu, kalau ia terlambat sedikit saja mungkin sekarang anak tuan nya itu sudah merenggang nyawa.
"Siapa kamu? Jangan ikut campur!" teriak Rina, Rina yang sudah gugup langsung menarik Leon, menyandera Leon dengan mengacungkan pisau itu ke leher Leon.
"Nyonya berhenti, jangan lukai tuan muda kami atau kau akan tahu akibatnya!" ancaman Galang membuat Rina heran, tuan muda? Sejak kapan anak sialan yang ada di pegangan nya ini menjadi anak orang lain pikir nya.
"Hey kau salah orang! Dia ini anak sialan, dia bukan tuan muda kamu. Pergi dari sini atau anak ini aku lenyapkan!" Rina sudah menggores sedikit leher Leon, darah segar merembas keluar sedikit dari leher Leon, tapi bagi Leon itu tidak sakit hanya ngilu sedikit. Lebih sakit mana pikir nya daripada menerima semua perlakuan Nenek nya sendiri.
Leon hanya bisa pasrah, dia ingin menuruti permintaan Neneknya ini. Mungkin jika kemauan Nenek nya terkabul mungkin Nenek nya akan senang dan tidak akan membenci nya lagi.
"Nyonya saya tidak main-main, lepaskan tuan muda kami, jangan buat kamu bertindak kekerasan." Galang maju selangkah, dibelakang nya sekarang semua bawahan Galang sudah stand bay mengawasi pergerakan Rina dan Leon. Untung kawasan belakang rumah sakit ini sepi kalau tidak mungkin sekarang di sini sudah ramai melihat aksi mereka.
"Saya juga tidak main-main! Kalian berani mendekat, nyawa anak ini melayang!"
"Nyonya dia cucu Anda, kenapa kau begitu tega?" ucap Galang.
"Heh mana sudi saya punya cucu pembawa sial kayak dia!"
"Nek, apa salah, Leon?" mata Leon langsung berkaca-kaca seraya melirik manik mata Rina, Rina tersentak akan tatapan itu, entahlah seperti ada rasa bersalah atau semacamnya tapi Rina tetap tidak peduli, dia malahan menekan kembali pisaunya.
"Kamu itu pembawa sial! Gara-gara kamu putra bungsuku mati, dia mati karena dirimu, apa kau tahu ginjal yang ada di tubuh kamu itu ginjal Zidan, adiknya Zein! Kenapa sih kamu itu harus hidup, kamu itu cuman bawa sial bagi keluarga saya! Zara Ibumu sialan itu juga membuat Zein berubah! Saya tidak suka!" teriak Rina frustasi.
Luka lama yang ia pendam kini ia keluar kan, tidak peduli jika ia sudah berjanji dengan Bima untuk tidak mengungkit-ungkit masa lalunya tapi Anak bernama Leon ini harus tahu, bahwa ginjal yang ada ditubuh Leon itu ginjal Anaknya Zidan.
Zidan itu mempunyai penyakit jantung oleh sebab itu Rina, Bima dan Zein sepakat tidak memperkenalkan nya pada Zara dan juga Leon, tapi yang lebih pasti Rina lah yang tidak suka. Zidan mengalami serangan jantung mendadak ketika mendengar Zein memberikan kabar bahwa Leon yang masih berusia Lima tahun mengalami kecelakaan dan harus segera mendapatkan donor ginjal dengan segera.
Satu fakta yang perlu diketahui, yang merencanakan semua kecelakaan itu adalah Rina sendiri, dia menyuruh orang untuk menabrak Leon. Tapi dia kena getahnya juga, Zidan anak kesayangan nya berniat mendonorkan ginjalnya pada Leon, karena kondisi Zidan saat ini benar-benar sudah parah dan akhirnya ia meninggal di ruang operasi. Sebenarnya itu bukan salah Leon, tapi Rina ya Rina.
Leon terdiam, mencoba mengingat semuanya, Zein punya adik? Tapi kenapa Leon tidak tahu? Zidan? Siapa Zidan pikir Leon, ginjal? Ya memang Leon ingat ginjalnya sekarang cuman satu karena kecelakaan waktu kecil tapi kata Zein satu ginjalnya diangkat dan masih punya satu lagi.
Tapi Zein tidak bilang jika ia mendapatkan donor ginjal dari lelaki bernama Zidan itu, ayolah memikirkan semua itu, kepala Leon mendadak pusing, tapi tega sekali Zein bohong dia bilang dia hanya anak tunggal tapi apa sekarang? Neneknya bilang anak nya mati karena dirinya, dirinya?
"Nek, tapi Leon nggak tahu beneran, kalau Leon tahu Om Zidan yang bakal donorin ginjalnya, Leon nggak bakal terima itu. Papa juga bohongin aku, jadi aku nggak tahu Nek," ujar nya sambil terisak.
"Karena kamu itu memang nggak tahu diri!"
"Kamu harus mati di tangan ku anak sialan!"
Sretttt!!
"LEON!!!"
Pantengin terus guy's
KAMU SEDANG MEMBACA
L E O N ZAKA DIJAYA (PROSES REVISI)
AcakCover mentahan:@Pinterest Leon itu benci, papanya. Sangat-sangat benci. Apalagi saat lelaki yang berstatus papanya itu menikah lagi dan membawa keluarga barunya untuk tinggal di rumahnya. Meski keluarga barunya itu nampak menerima Leon dengan baik...