XX - DUA PULUH

112 30 1
                                    

Sejeong berjalan cepat menuju kelas 10-6 yang tidak jauh dari ruang guru. Di belakangnya, Nayoung dan Mina mengekor sembari berusaha menyejajarkan langkah. Mereka berdua sudah berusaha menghalangi Sejeong untuk melakukan apa pun yang ingin dilakukannya saat itu, tetapi Sejeong tidak mau mundur selangkah pun.

"Sejeong-ah! Kamu tidak akan melakukan hal yang tidak-tidak, kan?" Nayoung mencoba menarik tangan Sejeong dari samping untuk memperlambat langkah kaki gadis itu.

Mina yang berdiri di sebelah Sejeong merapatkan tubuh. "Kita kembali ke kelas, yuk?" ajaknya dengan raut wajah khawatir.

Tidak ada bujukan dari kedua temannya yang dijawab oleh Sejeong. Ia baru berhenti melangkah ketika tubuhnya berada tepat di depan ruang kelas 10-6. Ketika ia akan masuk, Nayoung lebih dulu meletakkan tangan di depannya untuk menghalangi.

"Biarkan aku masuk." Sejeong melirik Nayoung.

Nayoung menatap intens. "Kumohon padamu untuk tidak menambah masalah. Kalau kamu tetap nekat melakukannya, biarkan aku saja yang menghadapi mereka."

"Nayoung-ah,"

Nayoung mengembuskan napas. "Oke, tapi kalau skenario terburuk terjadi, aku akan maju lebih dulu dan menanggung semua risikonya. Kalau kamu tidak mau aku melakukannya, pastikan itu tidak terjadi."

Wajah Sejeong yang mengeras mendadak melunak. Ia geli mendengar kata-kata Nayoung yang mengisyaratkan seolah mereka ini kesatria berkuda yang akan turun ke medan pertempuran untuk menyelamatkan kerajaan.

"Memangnya kita ini prajurit Dinasti Joseon?"

Melihat Sejeong sudah sedikit melunak, Nayoung mengendurkan tangannya yang menghalangi jalan sahabatnya itu. Ia tidak mau kalau sampai Sejeong terkena masalah lebih buruk dari ini. Itu artinya Sally dan Hana akan mendapatkan apa yang mereka inginkan.

"Tidak adakah yang bertanya mengenai pendapatku?" Nayoung dan Sejeong menoleh bersamaan pada Mina. "I mean, aku yang bermasalah di sini."

Sejeong dan Nayoung menggeleng serentak dan mengatakan hal yang sama, "Tidak."

Mendengar itu, Mina mengerucutkan bibir. "Kalian jahat."

Sejeong menanggapinya dengan senyuman. "Kami bercanda. Ini semua terjadi karenaku. Kalau saja kalian tidak di sana untuk menolongku, mungkin akulah yang akan terkena masalah. Jadi, Mina-ya ... tolong biarkan aku mencoba mengatasi ini. Oke?"

Mina berpikir sejenak. Ia sebenarnya tidak yakin mereka bisa bernegosiasi dengan Hana dan Sally. Namun, melihat kedua sahabatnya itu akan bersama dengannya, ia jadi merasa sedikit lebih tenang.

Ia masih syok akibat panggilan pertamanya ke ruang guru karena suatu masalah di awal tahun ajaran baru. Padahal, selama ini kehidupan sekolahnya baik-baik saja dan orangtuanya tentu tidak akan suka mendengar hal ini.

Akhirnya, Mina mengangguk. Ia memilih untuk mencobanya.

Melihat persetujuan itu, Sejeong menepuk lengan kiri atas Mina, lalu membuka pintu kelas. Beberapa anak kelas 10-6 yang berada di dalam kelas, langsung mengarahkan perhatian padanya. Sejeong mengedarkan pandangan hingga berhenti ke satu titik di sudut paling depan kelas tempat Sally dan Hana asyik bercengkrama. Keduanya tidak menyadari kehadirannya.

Gadis itu melangkah masuk. Matanya lurus menatap dua objek yang menjadi tujuannya. Dengan langkah tegas, ia melewati bangku demi bangku. Sally duduk di atas meja, sedangkan Hana duduk di kursi di depannya.

Menyadari seseorang mendekat ke arah mereka, Sally lebih dulu mengangkat wajah. Matanya sedikit melebar melihat Sejeong.

"Lihat, siapa yang datang," ucap Sally dengan senyum bertengger di bibir.

Vanila - SejeongxSehun [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang