IV - EMPAT

172 42 5
                                    

"Hentikan, Oh Sehun!"

Sembari mengatakan itu, Sejeong refleks menangkap kepalan tangan kanan Sehun dengan telapak tangan kirinya. Kepalan tangan Sehun mengambang di udara di dalam genggaman Sejeong.

Beberapa anak yang melihat Sehun berlari terburu-buru ke ruang musik dan mendengar teriakan Sejeong, langsung datang satu per satu. Hanya dalam sekejap waktu, mereka telah memenuhi bagian luar ruangan sembari melongok ke dalam untuk mengetahui apa yang terjadi.

Mata Sehun dan Chanyeol saling beradu. Tidak ada dari mereka yang mengalah. Keduanya saling pandang dengan tatapan sengit. Kalau tatapan bisa membunuh, mereka berdua pasti sudah sekarat.

"Apa yang kamu lakukan? Kamu sudah gila?" Sejeong memandang ke arah Sehun dan Chanyeol bergantian. Lalu, berakhir di wajah Sehun lagi.

Kepalan tangan Sehun masih mengambang di udara. Rahangnya mengeras. Cengkraman tangan kirinya di baju Chanyeol tidak mengendur sedetik pun.

Tanpa menggubris ucapan Sejeong, Sehun berkata, "Tidak seharusnya kamu berani-berani ..." ia memberi penekanan pada setiap kata yang diucapkannya, kemudian melanjutkan, "memainkan nada itu."

Mendengar hal itu, ekspresi wajah Chanyeol berubah kebingungan. Ia memandang kedua mata Sehun bergantian. Ia ingin mengetahui alasan di balik amarah laki-laki itu atau sebenarnya Chanyeol hanya ingin memastikan apakah ia memang seburuk itu di mata Sehun hingga membuat laki-laki itu semarah ini hanya karena ia memainkan musik?

Ekspresi wajah Chanyeol langsung berubah muram karena ia hanya melihat kemarahan di wajah Sehun. Laki-laki di hadapannya bahkan sampai menggertakkan gigi untuk menahan amarah.

Chanyeol bertanya-tanya, ke mana perginya sosok laki-laki hangat yang selama ini dikenalnya. Di mata Sehun, Chanyeol hanya melihat kemarahan, keputusasaan, dan kesedihan.

Sejeong berusaha menjauhkan kepalan tangan Sehun, tetapi laki-laki itu terlalu kuat. Urat nadinya bahkan terlihat dengan jelas. Karena tidak ada dari mereka berdua yang berbicara lagi, Sejeong berusaha memecah keheningan.

"Ya! Oh Sehun, hentikan!"

Sehun mengalihkan pandangan pada Sejeong begitu mendengar itu. Napas gadis itu tercekat begitu mendapatkan tatapan menusuk dari Sehun. Mereka saling bertukar pandang sejenak. Chanyeol yang tidak lagi menjadi target tatapan Sehun, mengalihkan pandangan pada Sejeong. Ia menatap Sehun dan Sejeong bergantian.

"Kamu ..." Sehun berkata pada Sejeong, "cewek menyebalkan."

Sejeong terperanjat mendengar hal itu. Usai mengatakannya, Sehun mengenyahkan telapak tangan Sejeong dari tangannya. Ia melangkah ke arah pintu dan menerobos kerumunan yang tanpa dikomando, memberikan jalan padanya. Sejeong hanya memerhatikan kepergian Sehun dengan pandangan tak mengerti.

Jrenggg!

Tangan Chanyeol tidak sengaja menyentuh tuts piano lagi. Sejeong tersadar dari lamunannya dan kembali menatap laki-laki berambut hitam d hadapannya.

"Akh." Chanyeol mengerang sembari menyentuh tangan kanan yang dijadikan tumpuan saat Sehun mendorongnya.

"Gwaenchanha?" Tangan kanan Sejeong menyentuh bahu kiri Chanyeol. Ia kemudian menurunkan pandangan ke tangan kanan Chanyeol. "Chanyeol-ah, mungkinkah ...?"

***

Sejeong menatap lebam besar yang terlihat di tangan kanan Chanyeol. Ia terpaku.

Chanyeol berhasil dipaksanya melepaskan jaket abu-abu yang tak pernah dilepaskannya selama di sekolah. Bu Sun Hwa sedang tidak ada di UKS, jadi hanya ada mereka di sana. Chanyeol akhirnya menuruti desakan Sejeong karena terus-menerus didesak.

Vanila - SejeongxSehun [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang