15 - Fair Night, Deal, and War

415 73 36
                                    

She was my first everything

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

She was my first everything.

・・・

Brilian Dominic percaya bahwa hidup adalah serangkaian kebetulan, sedangkan kebetulan adalah takdir yang menyamar.

Namun dia tidak pernah menyangka bahwa takdir yang menyamarnya akan terjadi di rumah sakit tempat ayahnya dirawat, Brilian tidak pernah menyangka bahwa di tempat ini ia kembali dipertemukan dengan Lusa.

Gadis itu sama sekali tidak berubah, masih terlihat menawan di mata Brilian. Bahkan setelah bertahun-tahun lamanya pun euforia yang Brilian rasakan ketika melihat Lusa masih sama, setidaknya sampai kehadiran Xero merusak semuanya.

Kening Brilian berkerut dalam melihat kondisi Xero sekarang. Apa itu? Duduk di atas kursi roda?

Tanpa sadar dia tersenyum miring, bolehkah Brilian sebut itu karma?

Sudah sangat jelas semesta menentang Xero bersama Lusa, kedua insani itu tidak bisa bersama karena mereka berbeda.

Bahkan dari kejauhan pun Brilian bisa melihat sekat transparan di antara keduanya. Tapi entahlah, sepertinya Lusa adalah Brilian versi perempuan. Brilian tau gadis itu bukanlah pribadi yang akan menyerah dengan mudah pada keadaan, Lusa selalu memperjuangkan apa yang gadis itu inginkan.

Sama seperti Brilian, kan?

Asik bercokol dengan pikirannya soal Xero dan Lusa membuat Brilian tidak sadar bahwa kakinya membawa lelaki itu sampai berdiri tepat di depan pintu berwarna cokelat yang di dalamnya terdapat dua orang yang sedang berbincang.

Brilian mau masuk, tapi suara Lusa membuat gerakan tangannya pada gagang pintu terhenti.

"Soal Arstide ...."

"Aku, aku ... dijodohin sama dia."

Kening Brilian berkerut. Apa? Dijodohkan?

Senyuman getir muncul setelahnya. Jadi, dia keduluan lagi, ya?

Dari dulu sampai sekarang, entah kenapa Brilian selalu tersalip lelaki lain. Padahal jelas-jelas dia yang pertama kali menaruh hati pada Lusa, tapi Brilian rasa takdir suka sekali bermain-main dengan kisahnya.

Xero yang Brilian kira sudah berhasil ia singkirkan dari hidup Lusa ternyata kembali lagi, Lusa jelas tidak akan menolak kehadiran laki-laki itu.

Arstide Keano jelas satu-satunya lelaki yang eksistensinya tidak terlalu Brilian khawatirkan karena sejak awal pun Arstide sudah mengalah soal perasaannya pada Lusa. Entah karena laki-laki itu malas beradu dengan Brilian dan Xero, atau memang karena cintanya tidak sebesar itu untuk pantas mendapatkan Lusa.

Kalimat yang dilontarkan gadis itu selanjutnya adalah satu dari banyaknya hal yang tidak ingin Brilian dengar.

"Tenang aja. Satu dari seribu, aku tetep pilih kamu."

2. Memoar | Lusa〔✔〕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang