24 - I Give My First Love to You

377 59 23
                                    

They say i'm crazy for loving you; i think they're crazy for not knowing your worth

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

They say i'm crazy for loving you; i think they're crazy for not knowing your worth.

・・・

Lia menangis sejadi-jadinya setelah mengunci pintu dan membiarkan tubuhnya jatuh meluruh ke atas lantai. Dia memeluk lutut, kemudian menenggelamkan kepalanya di sana sembari terisak.

Begitu sesak, sampai rasanya Lia ingin berteriak. Namun, dia tidak bisa. Lia harus terus bertahan sampai akhir, setidaknya sampai ia melihat Xero sembuh dan menemukan titik bahagianya.

Ruang kamar yang gelap itu hening. Hanya ada kelam dan suara isakan kecil yang tak kunjung berhenti.

Lia mendongakkan kepalanya ke depan. Bahunya bergerak naik turun dengan napas tersendat. Dari manik mata kelamnya yang begitu putus asa, Lia seolah bisa melihat kilas balik masa lalunya. Masa lalunya seakan tercetak begitu jelas di antara kegelapan itu.

Masa lalunya ....

"Ibu! Ibu jangan tinggalin aku!"

"Kemarin Ayah yang pergi, sekarang Ibu juga mau pergi?"

"Nanti aku sama siapa?" Lia berlari mengejar ibunya yang tengah berjalan cepat sembari menyeret koper.

Wanita itu berbalik dengan sewot. "Masih ada paman kamu, Lia! Ibu udah muak, mending Ibu tinggal di luar negeri daripada terus di sini jadi orang susah. Ayah kamu juga udah gak peduli lagi kan sama kita? Kamu tinggal aja sana sama paman kamu!"

"Gak mau! Lia gak mau! Paman jahat,
Paman suka nyuruh Lia ngamen biar dapet uang. Aku mau ikut Ibu!"

"Bohong itu Resti, aku selalu kasih Lia makan dan bikin dia seneng setiap hari. Justru anakmu yang pemalas, hobinya main terus." Pria dengan kemeja lusuh di belakang Lia dan ibunya menjawab.

"Dengar itu, Lia? Ibu gak pernah ajarin kamu buat jadi anak manja! Hidup ini keras, kamu harus biasain sejak dini. Udahlah, Ibu udah telat. Jangan nyusahin paman kamu di sini, inget!"

Ibu Lia melanjutkan langkahnya dengan terburu-buru, sementara anak tunggalnya berlari mengejar sembari menangis.

"GAK MAU BU! AKU MAUNYA SAMA IBU! IBU JANGAN PERGI BU! IBU! JANGAN TINGGALIN AKU KAYAK AYAH BU!" pekik Lia.

"Aku gak mau sama paman aku maunya sama Ibu! Ibu! Ibuu!"

Tangis bocah kecil berumur enam tahun itu menggema di gang-gang kecil yang sekitarnya adalah gubuk reyot berisi banyak barang bekas seperti botol plastik. Ibu kandung Lia tidak sama sekali menengok. Dia terus berjalan, meninggalkan putri satu-satunya bersama adik kandungnya yang jahat itu.

Lia tau sendiri bahwa pamannya sering menyuruh Lia untuk pergi memulung dan mengamen hanya untuk membelikannya sebungkus rokok, padahal Lia sendiri hanya diberi makan nasi dengan garam.

2. Memoar | Lusa〔✔〕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang