・・・
"Nathan ... Nathan ...."
Xero memicingkan matanya, mencari-cari asal suara itu di tempat yang ... entahlah dirinya pun tak tau ini tempat macam apa.
"Nathan ...."
Bias suara itu kembali menggema, begitu samar tapi jelas. Xero memalingkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari si pemilik suara itu.
"Siapa?!" Dia berteriak.
Keadaan hening sejenak.
"Ini aku. Teman masa kecilmu ...."
Sepasang alis Xero saling bertautan. "Lia?"
Tidak ada yang menjawab.
Xero berseru, "Lia kamu di mana?!"
"LIA!"
"LIA!"
Xero celingukan, mencari-cari di manakah Lia berada.
"Aku di sini. Di deket hati kamu," ucapnya lirih. "Aku gak pernah pergi."
"Dan kalaupun aku pergi, itu bukan salah orang lain. Kamu nggak boleh menyalahkan orang lain atas kepergianku, Nathan."
Xero bergeming walau sorot matanya terus tersapu ke berbagai arah mencari-cari batang tubuh Lia. Ekspresinya berubah panik.
"Aku ... minta maaf. Karenaku semuanya jadi repot."
"Karena aku kamu jadi ngeraguin Lusa."
"Padahal ... padahal Lusa nggak salah."
"Kamu juga mulai kehilangan arah."
"Kamu lupa caranya mengerti kata hati kamu sendiri."
Xero tercekat. Sekejap napasnya memburu dengan wajah berubah pias.
Suara itu menghilang. Tempat antah berantah ini sekejap hening bagai tengah berada di luar angkasa.
Hening ....
Hening ....
Xero kira semuanya telah berakhir. Lia telah benar-benar pergi meninggalkannya, tapi ternyata dia salah.
Suara itu kembali muncul.
"Lusa nggak salah, Nath."
"Aku mohon jangan hukum dia atas apa yang enggak dia lakukan."
"Tolong percaya sama Lusa."
"Lusa nggak salah."
"Lusa nggak salah."
"Lusa nggak salah."
"Hahhh!" Mata Xero terbuka lebar. Dia lantas terbangun dari posisi tidurnya dengan peluh di wajah.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Memoar | Lusa〔✔〕
Fiksi Umum"Didedikasikan untuk kamu, Lusa, si pemilik resmi senyuman manis Xero." · · ✦ . · M E M O A R Copyright © 2021 ajengseptia_ ...