Haii! Akhirnya aku back, hehe. Maaf ya udah bikin kalian nunggu lama, terima kasih buat yang masih stay ^.^'♡・・・
Laki-laki yang duduk di atas kursi roda itu menatap pantulan dirinya di depan cermin kamar. Sorot matanya menajam seolah tengah berhadapan dengan musuhnya sendiri dengan tangan terkepal di atas paha.
Tolong sadar diri kamu ini cacat dan saya sempurna.
Suara itu terus terputar di otak Xero bagai kaset rusak, dia menggretakkan gigi. Rahangnya menegas masih sambil menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan pandangan berubah jijik.
Tolong sadar diri kamu ini cacat dan saya sempurna.
Mata Xero memanas bersamaan dengan buku-buku jarinya berubah memutih.
Tolong sadar diri kamu ini cacat dan saya sempurna.
Tolong sadar diri.
Kamu ini cacat!
Prang!!!
Cermin itu hancur berkeping-keping saat Xero melayangkan tinjuannya. Pecahan-pecahan itu langsung menusuk punggung tangan serta jari Xero, perlahan mulai mengeluarkan darah segar.
Xero bukannya tidak punya emosi setelah dia keluar dari rumah sakit dan menerima banyak hinaan serta tatapan kasihan dari banyak orang, dia hanya menahan diri. Tapi sekarang dia sudah tidak tahan lagi!
"Xero?" Panggilan seseorang disertai ketukan pintu berhasil membuat Xero menoleh sejenak sebelum akhirnya laki-laki itu beringsut menghempaskan semua benda yang ada di atas meja dengan tangannya yang terluka.
Dia marah, sangat marah kenapa lukanya yang masih basah harus terkena siraman bensin yang membuat rasa sakit itu kembali timbul. Mengoyak hatinya yang membuat Xero emosi setengah mati.
Tak cukup sampai disitu, Xero melucuti kain seprai yang melapisi ranjang dan melemparnya ke sembarang arah. Menghancurkan vas bunga di atas nakas dengan cara melemparnya ke tembok hingga hancur berkeping-keping demi bisa melampiaskan seluruh emosinya yang sudah terkumpul.
Seperti orang kesurupan, Xero menghancurkan seluruh benda yang dia lihat dengan brutal tak peduli bahwa cairan merah dari tangannya menetes ke lantai.
"Xero buka pintunya!!!" Pintu kamarnya semakin digedor dengan sangat kencang.
"Xero ini Papa!"
"Xer! Lo gak papa kan?! Buka pintunya, Xero! Istigfar lo jangan kayak gini!" Itu suara Caramel yang juga berdiri di depan pintu kamar yang tertutup.
Lia di sebelahnya sudah tak kuasa menahan tangis. "Ini salah aku, Nathan kayak gini karena aku."
Dewa menghela napas. "Gak, Lia. Ini bukan kesalahan kamu, Xero cuma lagi emosi."
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Memoar | Lusa〔✔〕
Ficción General"Didedikasikan untuk kamu, Lusa, si pemilik resmi senyuman manis Xero." · · ✦ . · M E M O A R Copyright © 2021 ajengseptia_ ...