31A - Sidang Keenam; Pembuktian

403 67 32
                                    

・・・

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

・・・

"Makasih ya, Lusa." Lia tersenyum manis tepat di depan kaca jendela mobil Lusa. Setelah gadis itu melajukan mobilnya, senyuman Lia sirna digantikan dengan helaan napas panjang.

Dia mengeratkan tali tas selempangnya sembari menyapukan pandangan ke sekeliling. Sejauh ini masih kosong, tidak ada orang dan hanya ada pepohonan rindang yang hampir menutupi langit yang mulai menjingga. Dalam hati Lia merasa amat lega, sepertinya orang itu belum datang.

"Hei."

Lia terperanjat dan refleks memundurkan langkahnya sampai ingin menubruk batang pohon.

Pupil mata Lia membesar. "Kamu siapa?!" serunya pada orang berjaket hitam di depannya. Wajah lelaki itu tak terlihat karena tertutupi tudung jaket.

Orang itu berjalan mendekat.

"J-jangan deket-deket atau aku akan teriak!" pekik Lia. "Kamu siapa?!"

"Hei, tenang. Ini aku ...." Lelaki itu membuka tudung jaketnya lalu tersenyum. "Dimitri."

Meskipun begitu, Lia tetap saja merasa ketakutan. Tubuhnya bahkan gemetar hebat.

"Ini beneran aku, Dimitri Hill. Kenapa kamu ketakutan?"

Tak tega melihat mantan kekasihnya ketakutan begitu, Dimitri pun beringsut maju dan memeluknya.

"Aku sudah menunggumu sejak tadi, kenapa datang terlambat hm?"

"A-aku ... aku ...." Lia masih gemetar di dalam pelukan Dimitri, entah kenapa dia merasa dirinya mulai terancam.

"Aku enggak bakal jahatin kamu kok, tenang aja."

Lelaki dengan mata bak lazuardi itu melepaskan pelukannya. Dia sedikit membungkuk di hadapan Lia yang tubuhnya jauh lebih pendek dan mengulurkan tangan untuk mengusap surai hitam legam milik Lia.

Dia menyunggingkan senyum. "Cantik."

Tangan Dimitri lalu berpindah merogoh ke dalam saku jaketnya dan menyodorkan sebotol minuman pada Lia.

"Minum dulu, kamu pasti capek sudah jauh-jauh kemari."

Lia dengan tampang yang masih ketakutan itu menggeleng kuat. "Ng-ngak usah. Tadi aku udah minum air putih."

Terlihat raut kecewa campur marah pada wajah Dimitri, tapi pada akhirnya dia pun mengangguk dan kembali memasukkan botol minumannya ke dalam kantong jaket.

"Oke, kalau itu mau kamu. Aku enggak memaksa."

•──•─•──•✦•──•─•──•

Persidangan sedang berlangsung.

Itulah yang tertulis di atas pintu ruangan sebelum Aldo masuk ke dalamnya. Lelaki berdarah Batak-Cina itu berjalan sembari menunduk melewati kursi para audiens sebelum mendaratkan bokongnya tepat di samping Dewa.

2. Memoar | Lusa〔✔〕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang