34 - Janji Ya? Lupain Dia

471 73 22
                                    

Aku mencintaimu, tapi maaf jika sikapku gagal menunjukkan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mencintaimu, tapi maaf jika sikapku gagal menunjukkan itu.

・・・

Hari itu Xero terjaga sepanjang malam. Pakaiannya yang belum ia ganti ──masih lembap── menempel dengan bagian sisi ranjang. Ya, Xero turun dari kursi rodanya dan duduk berselonjor di lantai keramik yang dingin.

Keadaannya begitu kacau. Dirinya yang sudah berantakan ini makin berantakan. Sepanjang malam itu hati dan otaknya berperang.

Hatinya bilang Xero salah, dia telah melakukan sebuah kesalahan besar dengan tidak berada di sisi Lusa saat gadis itu susah. Tapi otaknya bilang Xero tidak salah, posisinya saja yang terhimpit. Xero benar karena memilih menjadi pihak netral dalam kasus itu yang melibatkan sahabat dan mantan kekasihnya. Justru, akan sangat tidak adil bila Xero seratus persen memihak Lusa saat dia sendiri pun tidak tau siapa dalang yang telah membunuh Lia, pun sebaliknya.

Menjadi pihak netral, bukan berarti dia menentang Lusa, kan? Setidaknya itulah yang otaknya bilang, tapi Xero mengelaknya. Dia bilang dia tetap salah. Dia yang salah.

"Posisi lo yang serba salah! Orang lain gak bisa mengerti jalan pikiran lo bukan berarti lo sepenuhnya salah! Gak ada yang salah, gak ada yang benar di sini!"

Pergulatan batin itu baru bisa berakhir pada pukul empat pagi sebelum kantuk menyerang Xero.

Matahari pagi merangkak naik di ufuk timur. Sinarnya menembus di balik celah-celah gorden, lantas langsung menimpa wajah Xero ketika seseorang menyingkap tirai jendela.

Xero mengangkat sebelah tangannya ke samping wajah dengan kening berkerut. Kelopak matanya perlahan terbuka, masih berusaha menyesuaikan diri dengan intensitas cahaya yang ada.

"Selamat pagi!"

Xero menurunkan sebelah tangan dengan ekspresi terkejut melihat orang di depannya.

"Ayo bangun. Kamu semaleman tidur di bawah gitu apa nggak dingin?"

"Ganti baju kamu sana. Aku bawa teh anget, sekalian obat flu takutnya kamu sakit abis ujan-ujanan kemarin."

Xero masih setengah mematung, dia melihat punggung orang itu yang sekarang sedang menyiapkan obat.

"Sa?" Suara Xero keluar.

"Hm?"

"Kamu ... sejak kapan ada di sini?"

"Udah lama."

"Kenapa?"

"Karena aku khawatir," ucapnya. "Khawatir kamu sakit."

Si gadis berbalik dengan secangkir teh di tangannya dan menyerahkannya di depan Xero. "Nih kamu minum dulu, takut keburu dingin."

"Sa ... kenapa?" Xero bertanya lagi ketika merasa ada banyak keraguan dalam dirinya kala melihat kehadiran Lusa.

"Kok malah tanya lagi? Kan tadi udah aku jawab, karena aku khawatir kamu sakit. Kamu juga belum makan seharian, kamu nggak ganti baju dan malah tidur di lantai. Kamu lagi nyiksa diri sendiri apa gimana?"

2. Memoar | Lusa〔✔〕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang