31B - Sidang Keenam; Kesaksian

396 69 17
                                    

・・・

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

・・・

"Jadi, apakah itu tergolong ke dalam kasus pelecehan seksual?" Dean bertanya tanpa mengalihkan tatapan tegasnya pada ahli.

"Ya."

Dean menghela napas pendek dan beralih menatap jajaran para hakim. "Itu saja."

Baru saja Dean ingin kembali duduk di kursinya, seruan jaksa penuntut umum terdengar menggema ke seluruh ruang sidang.

"Keberatan, Yang Mulia! Pembela terus mengungkapkan sesuatu yang tidak berkaitan dengan sidang!"

Dean berhenti berjalan dan menoleh ke arah jaksa.

"Keberatan diterima."

Dia berganti mengalihkan pandangannya ke arah hakim. Awalnya Dean sempat ingin protes, tapi untunglah kesabarannya masih terisi penuh sehingga Dean menjawab dengan santai.

"Ya, saya memang merasa itu tidak perlu untuk membuktikan terdakwa tak bersalah. Itu barang bukti baru," ujarnya, tenang.

Karena merasa Penuntut Umum dan Hakim masih melempar tatapan aneh padanya, Dean memutuskan kembali berbicara.

"Saya sudah selesai dengan sidang ini semenjak saya telah menunjukkan bukti bahwa terdakwa tidak bersalah melalui botol minumnya. Botol itu jelas tidak mengandung racun!"

"Namun, demi mengurangi rasa penasaran kalian perihal siapa dalang dibalik semua ini. Saya memutuskan untuk sekalian mengungkapkan pelaku aslinya di sidang ini juga."

•──•─•──•✦•──•─•──•

"Anjir, giliran gue."

Azar menggesek-gesekkan kedua telapak tangannya, gugup.

"Semangat, Zar," ucap Reina.

"Jangan gugup, tenang aja," Arstide menimpali.

"Awas aja kalau lo malah nyebarin pernyataan palsu," tuding Rafi.

"Iya-iya."

Azar mengembuskan napas panjang lalu beranjak dari kursinya, pindah ke kursi saksi.

Berhadap-hadapan dengan para hakim membuat Azar tambah gugup, dia bahkan sampai ingin menggigiti kuku jarinya sambil sesekali menyengir kecil ke arah para pejabat itu. Untunglah, setidaknya Azar masih memiliki rasa malu dan tidak benar-benar melakukan semua itu.

"Saksi sehat?"

"Anjirr deg-degan! Kaya berasa ditanyain ama malaikat maut!" gumam Azar, heboh.

Azar menjawab gugup. "Emm ... i-iya, sehat, Om── eh maksudnya, Pak."

Reina di belakang sana menepuk jidatnya seketika merasa malu.

2. Memoar | Lusa〔✔〕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang