Dua Puluh Tujuh

1.3K 202 1
                                    

 "Raksasa setinggi 10 meter mendekat dari sebelah kiri!" peringat Hanji, lalu tak lama dirinya kembali tertarik dengan ssesuatu, "aku penasaran dengan isi perut itu.. tapi kita serahkan saja pada regu pelindung!"

"Kau benar .." aku menatap lekat kearah perut besar iru, "ada berapa banyak gas di dalam sana..?" aku menghela napas pelan, "lupakan.."

"(Namamu).."

Aku segera menggeleng, "tidak ada mainan kali ini.. itu salahmu tidak bisa menjaga anak-anakmu dengan baik sehingga mati terbunuh!" balasku kesal, enggan menangkap yang bisa membuat kedua gasku habis- tidak bahkan lebih.

"Kau berbicara kematian pada adik-adikmu sangat kejam! (Namamu).." seketika ia murung dan melaju kudanya lebih cepat dibanding milikku, aku menatap datar seketika, lalu melihat kearah Levi yang tengah bersiap menyerang,

"Apa aku salah berbicara?"

"Seharusnya kau yang lebih mengerti karna sama gilanya dengan wanita itu,"

Aku menatap datar kearahnya yang ikut pergi, ada apa dengan mereka berdua?

Aku menatap kearah sekitar, regu pelindung yang berusaha melindungi barisan agar tidak hancur dan di serang Titan melakukan kesalahan,

"(Namamu)?!"

"Sial! Gadis itu!"

Aku melompat dari satu atap, lalu menancapkan besi pada satu dinding lalu berlari cepat sebelum besinya lepas. Saat pada tahap terakhir, menahan pada tangan kananku lalu melemparkan badanku keatas dengan ketinggian yang cukup-

Titan itu mendekat mengejar arah barisan..

'Zrash'

"Hiii!!"

Aku menebas leher itu dalam hitungan menit dan titan itu terjatuh dengan asap yang keluar dari tubuhnya, tubuh besar yang aku lihat bersama Hanji kini menguap menjadi gas panas dan menghilang tertiup angin,

Kedua manik berwarna coklat cerah, pandangannya menatap takut kearah sosok titan yang hampir saja memakannya dengan tatapan takut akan dimakan. Itu tidak heran bagi para kadet yang baru pertama kali ikut ke dalam ekspedisi, tidak ada yang tidak takut saat berhadapan dengan titan..

Tubuhku berputar sekali lalu menahan kedua kakiku untuk melakukan pendaratan, sempurna.

Latihan memang selalu membuahkan hasil, biarkan saja mereka mengatakan jika latihanku gila dan membunh- setidaknya itu bermanfaat untuk melindungi diri sendiri dan nyawa orang lain.

Aku menatap kearah gadis itu lekat, tubuhnya pasti terus gemetar sepajanjang perjalanan. Ya .. untung saja senior di dekatnya memaksa untuk tetap tenang dan fokus dengan jalanan yang ada di hadapannya.

Aku jadi ingat pertama kali saat Isabel keluar dinding, gadis itu terlihat sangat senang dan bersemangat bahkan menghabiskan hampir setengah gasnya untuk membunuh titan pertama kali, hal yang berbeda dengan para kadet sekarang.

Tapi ekspresi gadis itu.. aku seperti pernah melihatnya...

"(Namamu)-san! te-terima kasih .. itu menakutkan sekali. Aku pikir aku akan mati.. ternyata anda tidak sedingin seperti yang dirumorkan banyak orang.."

"(Namamu)-san.."

Aku tersadar, aku tidak tau sejak kapan aku melamun dan mendengarkan suara gadis yang sudah lama tidak aku dengar. Sontak aku melihat kesekeliling dan hanya barisan pasukan yang terus melaju cepat hingga barisan terakhir.

"(Namamu)-san.. ? anda baik-baik saja? apa anda terluka?"

Aku menatap kearahnya yang kesulitan membawa kuda milikku, kuda itu terus memberontak- panik ingin segera pergi dari tempat ini .. "hei! Itu (Namamu)-san! bukankah kau kuda miliknya?" dia terlihat semakin panik saat kuda itu berteriak.

SnK x Female ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang