Dua Puluh Enam

1.3K 211 1
                                    

"Ini memang sulit diterima .. aku tidak menyangka kau akan melarikan diri saat masa pemulihanmu," Erwin menatap tajam, sebisa mungkin aku mengalihkan pandangan enggan menatap kearahnya.

"Are? Apa ini? Kau sekarang takut dengan Erwin..? (Namamu)?" Hanji tersenyum lebar padaku, seringai menyebalkan yang 2 hari lalu menghilang kini kembali terlihat dengan mendekatkan wajahnya terus padaku,

"Sial! Aku tidak takut dengan siapapun!" sontak aku emndorong wajahnya menjauh saat merasakan napasnya di sekitar wajahku, benar-benar menyebalkan! Kenapa Hanji sellau cepat mengambil kesimpulan?!

"Are..? kau yakin? Kau terlihat takut dan menurut bergitu!" lalu ia tertawa keras setelah berhasil menyingkirkan tanganku dari wajahnya, menyebalkan! Mendengar tawanya saja membuatku ingin menendangnya!

"Dengar! Aku tidak takut dengan siapapun!" aku mengembungkan kedua pipiku kesal, "lalu saat aku pergi saat itu karna mendengar suara yang terus mengangguku!"

Levi mengangguk, aku melihat kearahnya bingung, apa dia mendengarnya juga?

"Si mata empat saat itu sedang menceritakan penelitiannya dengan Eren-"

"Aku tidak sekeras itu!!" Hanji membela diri,

"Kalau begitu Hanji .. sebaiknya-"

"Hentikan!" aku memandang kearah mereka kesal,

"Oh-.. jadi maksudmu, kau mendengar suara yang lain?" Levi mengangkat salah satu alisnya, menatapku tajam seperti yang biasa ia lakukan, kali ini dia terlihat tertarik dengan apa yang akan aku sampaikan,

"Dari arah hutan.. suara daun, langkah kaki dan mesin.." aku kembali menatap kearah mereka yang terkejut, "kenapa kalian memandangku seperti itu?" aku membalas mereka dengan tatapan datar, kesal.

"Tidak ada.." Hanji tertawa pelan, "hanya saja .. mendengar dari jarak jauh seperti itu.. memang hanya dirimu yang bisa.. (Namamu)," aku menghela napas, namun dengan cepat emnghindar dan tubuh Hanji tersungkur ke lantai,

"Hidoi!! (Namamu).. kenapa kau menghindar?? Aku hanya bangga dengan gadis manisku yang memiliki pendengaran yang tajam!"

Aku menghela napas kesal, "jangan terus memelukku seperti itu! Aku tidak nyaman!" lalu mebalas tatapannya kearahku, "tidak Hanji.. aku serius... aku merinding dibuatmu terus.."

Detik kemudian Hanji tertawa, "harusnya kau berkaca saat seperti itu (Namamu)!! ekspresimu benar-benar seperti Shorty!! Lucu sekali!!"

"Ha...?" Levi seketika menatap kearah Hanji dingin, "katakan terus jika kau tidak ingin kutendang ke luar?"

"Aku setuju denganmu kali ini.. mari kita tendang keluar.. dan siapkan makamnya di belakang kastil pengintai!" sambungku,

"Hentikan kalian bertiga!" Erwin menghela napas untuk kesekian kalinya, kini ia kembali duduk di tempatnya, "hanya kali ini, berhenti membuat ulah! Hanji, Rivaille, (Namamu)! kita harus menemukan siapa yang telah-"

"Sudah aku temukan," tangan kananku meronggoh sebuah pisau kecil yang berada di dalam saku lalu mengeluarkannya, "sudah aku katakan bukan? Lagi pula, jika tidak aku temukan bagaimana kau bisa memberikanmu kode seperti saat itu?" aku tersenyum manis,

"Jangan mengira .. jika aku hanya pulang dalam keadaan terluka.." aku melempar pisau kecil tinggi, pisau itu melayang hingga aku bisa melihat pantulan diriku sendiri dari sana, warna biru cerah seperti milik ibu- "Polisi militer.."

Aku menangkap pisau kecil itu cepat, lalu menutup mulutku dan tertawa pelan, "dasar.. ketua polisi militer itu pendendam! Bagaimana bisa ia menutup mata saat beberapa anggotanya melarikan diri?"

SnK x Female ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang