Empat Puluh Tujuh

784 139 9
                                    

"Berbahaya sekali.."

"Kalau kita terlambat sedikit saja. entah apa yang akan terjadi pada kita .."

"Kenapa komandan Erwin bisa tau hal ini?"

"Spertinya dia menerima perintah dari atas, aktivitas pasukan pengintai di luar dinding telah dihentikan. Mereka ingin kita menyerahkan Eren dan Historia-" kedua manik hitamnya menatap lekat setelah berhenti beberapa menit.

"-tidak, jika aku benar. Erwin sudah memastikan hal ini. Mereka tidak hanya ingin kita menyerahkan Historia dan Eren. Di balik hal itu ada sesuatu," maniknya menatap kearah sosok gadis memakai gaun biru seperti warna mata pemiliknya.

"Mereka ingin memancing (Namamu) keluar dan menyerahkan dirinya sendiri,"

"(Namamu)-san?"

"Apa yang mereka inginkan dari (Namamu)-san?"

Hanji mengepalkan kedua tangannya kuat, "beritanya pasti sudah menyebar luas hingga kekaisaran dan polisi militer. Mereka jadi bersikap waspada," Hanji menghela napas berat, wanita itu tidak ingin mengakuinya, tapi ia harap kesimpulannya salah.

Belum sempat Levi bertanya pada gadis itu, pasukan Erwin sudah lebih menyela, "setelah komandan menyuruhku menyampaikan pesan itu, pasukan kepolisian mendatangi komandan,"

"Bukankah itu seperti dia diperlakukan kriminial?!" Hanji menatap tidak terima,

"Sepertinya musuh tidak lagi bertindak di balik bayang-bayang," ia menghela napas pelan, "(Namamu), bagaimana?"

Gadis itu berbalik, kedua manik birunya menatap kearah mereka yang tengah berkumpul menunggu tanda. Tersenyum manis lalu memberikan ibu jarinya, "semua aman! Kita bisa meninggalkan tempat ini selagi mereka menyelidiki tempat itu,"

"Itu aneh.. kenapa lama sekali?" Hanji mengangkat salah satu alisnya bingung, lalu menatap terkejut saat (Namamu) yang tengah menyeringai tipis dan berjalan ke kuda miliknya, mengusap pelan mengabaikan padangan orang lain.

"Ada apa? Kalian ingin menunggu hingga di tangkap?" (Namamu) tersenyum geli, hal itu sontak membuat mereka tersentak kecil lalu mengangguk dan segera bergerak untuk menaiki kuda dan meninggalkan tempat.

"Ano-.. (Namamu)-san, anda mengenakan gaun?" Connie menatap terkejut, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Melarikan diri dengan sebuah gaun? Jelas itu tidak masuk akal. Karna hanya akan mempersulit perjalanan.

Kedua manik birunya menatap kearah gaun, lalu tertawa kecil. "kemeja putihku robek dan belum diperbaiki, aku merusak yang terakhir kemarin saat melakukan ekspedisi-"

"(Namamu)-san.. maaf.." Eren menatap kearah (Namamu) merasa bersalah, sedikit menunduk namun kembali terangkat saat merasakan tepukan lembut dari gadis itu, "(Namamu)-san?" ia menatap bingung.

"Tidak masalah, aku mengerti," gadis itu tersenyum tipis, meski kedua maniknya menatap kosong. Jauh di dalam lubuk hati (Namamu) masih belum bisa meyakini dirinya jika pasukan pengintai kini hanya tersisa beberapa saja.

"Levi!" (Namamu) kini berlari dari jarak yang tidak jauh dari pira itu, "aku akan pergi denganmu,"

"Ha-"

"Cobalah meng-akrabkan diri dengan kudaku mengerti?"

(Namamu) menepuk punggung Levi saat mereka sampai tiba di kuda milik gadis itu, "Hanji! Bawa kuda Levi! Dia akan pergi bersamaku!" Hanji mengangguk, meski ia ingin bertanya apa yang sedang di rencanakan gadis itu.

Pasukan 104 mulai pergi bersama dengan Hanji, sementara Levi menahan diri untuk tidak bertanya lebih apa yang sedang dilakukan gadis itu saat ini, namun pada akhirnya ia tidak bisa menahan lagi saat,

SnK x Female ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang