Lima Puluh Tiga

772 145 8
                                    

"Banyak sekali yang berusaha untuk tidak mencuri perhatian! Flagel lama sekali!" Ravees, pria tua yang berhasil melarikan diri dengan menyerahkan kedua temannya pada pasukan pengintai, kini tengah menunggu seorang temannya yang meminta pergi sebentar dan akan kembali nanti.

Asap rokok berwarna putih mengepul, menemani di kala malam yang kian larut. Berharap jika hari cepat berganti melupakan kejadian mengerikan beberapa saat lalu, kejadian mengerikan yang hampir merengut nyawanya secara paksa.

'Sret'

"Pedang seharusnya tidak menjual kepercayannya," sebuah pisau kecil perlahan terus mendekat ke lehernya, tubuhnya menegang seketika. Sebisa mungkin tidak bergerak sedikit menghindari pisau itu di tengah mulutnya yang di bungkam tangan besar dari belakang.

'sret'

Nasib baik tidak berpihak padanya, malam kian larut kini menjadi saksi bisu kematiannya, goresan cukup panjang berhasil memutuskan urat nadi hingga jantungnya tidak lagi berdetak bersamaan dengan napas yang berhembus untuk terakhir kalinya.

'Brak'

"Bukankah kita seharusnya menanyakan keberadaan lokasi Rivaille padanya?" kedua manik dari wanita itu menatap datar, "kau juga ingin mencari keberadaan gadis itu bukan? kau bilang jika semua akan lancar jika gadis itu berhasil kau tangkap,"

"Dia maupun gadis itu akan muncul walaupun kita tidak melakukan apapun,"

"Bagaimana kau bisa mengetahuinya?"

"Aku membesarkan anak itu, Levi Ackerman adalah anak seperti itu," kedua maniknya menatap lurus, "dan gadis itu- (Namamu) Schawarz seorang yang tidak pernah meninggalkan rekannya yang tengah di culik,"

Wanita itu menghela napas pelan, lalu mengikuti langkah pria yang menjadi kaptennya berjalan lebih dulu, memimpin jalan. "waktu sudah berubah, jika anak itu memang kau yang membesarkannya dan kau sudah tau,"

"Kau tidak bisa menebak gadis itu," kedua maniknya menatap lurus, "gadis itu bisa saja sudah berubah dan meninggalkan rekannya demi keselamatan diri, sifat manusia selalu berubah seiring berjalannya waktu,"

Pria itu terkekeh, jawaban menarik yang sering kali ia dengar, "begitu..?" tangannya memperbaiki letak topi yang sedang ia kenakan, kembali menutupi setengah wajahnya, "sayangnya tidak seperti itu,"

"(Namamu) Schawarz adalah gadis yang tidak pernah meninggalkan rekannya sekalipun. Meski sedang terdesak," kedua maniknya menatap kearah langit malam yang kian gelap, sinar rembulan tertutup oleh awan.

"Aku masih ingat saat pertama kali bertemu dengannya, gadis kecil yang enggan meninggalkan mansion-nya meski maut sedang mengincarnya. Ia memilih untuk bersembunyi dan tetap tinggal bersama orang tuanya yang tiada,"

"Itu sudah lama, kau tidak akan mengingatnya," pria itu tetap berjalan,

"Aku kira- tidak ada yang tersisa. Kebakaran di mansion besar dengan api yang menyebar cepat. Bahkan satupun pelayan tidak ada yang selamat," wanita itu masih ingat jelas bagaimana kejadian 14 tahun lalu.

Ia bertindak secara langsung, bersama dengan pria dewasa yang menjadi kaptennya. Mengatur jalannya rencana agar sampai pada tujuan. Meski akhirnya mereka gagal, mereka tidak mendapatkan barang yang mereka sejak awal cari.

"Apa dengan begitu ia akan menyerahkan diri secara suka rela?" salah satu alis wanita itu akhirnya terangkat, menatap ingin tau. Jika benar sesuai dugaannya, maka rencana mereka telah usai.

Hanya tersisa misi untuk menyelesaikan pihak yang menganggu, Levi dan pasukan contohnya.

"Tergantung.."

SnK x Female ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang