Part 7 - Sialan

3 1 0
                                    

"Lalu apa alasanmu?"

Cheonsa menatap Minsoo dengan bingung, "Kenapa kau tidak mengirim balasannya?" tanya pria itu dengan lebih jelas.

Sedetik kemudian Cheonsa langsung mengingat kegirangannya setelah membaca isi surat Minsoo. Ia buru-buru mengambil kertas dari bindernya dan menuangkan isi hatinya ke atas kertas. Benar-benar menuangkan semuanya.


Dear Minsoo,,

Aku senang membaca suratmu, saaannngaaatt senaaaanggg malah! Aku rasa aku juga menyukaimu! Oke, makan es krim di kedai sebelah sekolah sepertinya usul yang bagus. Aku mau kok pergi bersamamu ke sana, lebih tepatnya aku mau pergi kemana saja asal bersamamu.

Aku tidak keberatan pergi kemanapun selama itu bersamamu. Aku malah bisa berlama-lama hanya duduk di sebelahmu. Cukup duduk di taman sekolah dengan minum susu stroberi pun tidak masalah. Pokoknya asal bersamamu, aku tidak peduli kemanapun tujuan kita.

Minsoo kau tahu tidak? Kau itu perpaduan antara manis, imut, pemalu, bulu-bulu menggemaskan. Aku senang melihatmu apalagi kalau kau sedang tersenyum. Aku juga senang kalau pandangan kita bertemu tiba-tiba, saking senangnya aku mau melompat ke kolam ikan di depan lapangan basket. Rasanya aku ingin ikan-ikan di kolam juga merasakan apa yang kurasakan.

Minsoo, kenapa sih kau jarang mengajakku bicara? Kau malu yah bicara dengan gadis cerewet sepertiku? Padahal aku penasaran loh kalau kita duduk berdua terus mengobrol di luar masalah pelajaran. Kira-kira apa yah yang akan kita bicarakan?

Kau bisa bertanya apapun padaku. Seperti aku lebih suka Shinhwa atau GOD. Atau lebih baik Won Bin atau So Ji Sub. Apa saja. kau bisa bertanya apa saja.

Minsoo, Minsoo, Minsoo... kau tidak bercanda, kan?

Kau benar-benar sadar, kan? Kau mengajakku ke prom? Demi apa? like.. seriously, you can ask Minji the queenbee in your class. Tapi kau malah mengajak aku?

TAPI TENANG SAJA AKU MAU KOKKK!!



Untung saja waktu itu Cheonsa membaca suratnya berulang kali, kemudian tersadar betapa menggelikannya isi surat itu. Ia pun langsung menyobek kertas itu dan membuangnya ke kantong sampah di dapur.


"Jadi?" Minsoo menyadarkannya, pria itu menatapnya dengan penasaran.


Cheonsa hanya berdeham salah tingkah. "Yah, pokoknya begitu. Yah, begitulah. Kau tahu kan, anak perempuan dan imajinasi mereka tentang dunia romantis dan omong kosong," jelas Cheonsa salah tingkah.

"Itu kan sudah masa lalu. Oh ya, sepertinya sudah malam sekali. Ayo kita kembali–"


"Imajinasi yang seperti apa memangnya? Terus omong kosong yang bagaimana?" Minsoo menarik-narik lengan Cheonsa, meminta gadis itu menjawabnya.


Sebenarnya Minsoo pun penasaran apa yang Cheonsa pikirkan tentangnya. Maksudnya pendapat Cheonsa tentangnya waktu itu, bagaimana perasaan gadis itu padanya.

"Kenapa sih kita jadi membicarakan masalah ini tiba-tiba?" Cheonsa masih menolak untuk menjawab.


"Everything happens for reasons. Jadi cepat jawab aku. Selama hidup dua puluh enam tahun, aku belum pernah jadi anak perempuan. Aku tidak tahu imajinasi dan omong kosong yang kau bilang tadi," sahut Minsoo masih menuntut jawaban.

Hello ChinguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang