Part 16

6 0 0
                                    

Sebenarnya Cheonsa bukanlah penggila mitos atau semacamnya, namun terlalu lelah karena dipermainkan takdir membuatnya putus asa.


Ia jadi gelap mata apalagi saat Hyerin bilang siapapun yang bisa melempar koin ke dalam kolam di bawah air mancur, permintaannya akan terkabulkan.


Ya, mereka baru saja tiba di Trevi Fountain. Air mancur yang juga salah satu daya tarik kota Roma yang banyak dikunjungi wisatawan.


"Tidak biasanya kau mempercayai mitos seperti ini," kata Hyerin mengomentari tindakannya.


Cheonsa sudah siap melempar koin. Ia sudah membelakangi air mancur, menggenggam sebuah koin di tangan kanan, sudah siap melempar koin dari bahu kiri. Melihat pemandangan itu membuat Hyerin takjub bukan main.


Melihat perempuan yang begitu membenci ritual menggantung gembok di Namsan Tower tengah bersiap melempar koin agar permohonannya terkabul memang terlalu menakjubkan.


Entah apa yang Cheonsa rapalkan dalam hatinya, tapi apapun itu Hyerin berharap Cheonsa mendapatkannya. Oh, ia tidak sejahat tu. Melihat Cheonsa memejamkan mata dengan khusyuk langsung membuyarkan gambaran adik menyebalkan yang selama ini melekat pada sosok Cheonsa.


1...

2...

3...


Cheonsa melempar koin itu, namun menahan Hyerin untuk memastikan apakah koinnya masuk ke dalam kolam atau tidak.


Ya Tuhan, jangan mempermainkan perasaanku lagi. Kumohon.


****



Begitu mereka sampai di hostel, Yongguk dan Namjoon sudah menunggu di dekat meja resepsionis. Cheonsa merasakan aura tidak baik begitu menemukan wajah kaku Bang Yongguk dan cengiran salah tingkah Kim Namjoon.


Cheonsa berusaha mengirim pesan pada Namjoon, namun pria itu hanya mengangguk. Menyuruhnya untuk tenang.


Yongguk berdiri, langsung menarik lengan Hyerin. Aksinya itu jelas mendapat perlawanan dari perempuan keras kepala itu. Namun dengan cepat Yongguk bisa menangani Hyerin, menuntun perempuan itu keluar dari hostel.


Cheonsa menatap kepergian pasangan itu dengan penasaran. Kemudian mengangkat bahunya dan duduk di sebelah Namjoon yang tengah menyantap pringles.


"Tadi Yongguk hyung marah besar ketika tidak menemukan Hyerin dimana-mana. Ia terus mendiamkanku dan Minsoo hyung. Kau tahu kan kemarahan yang paling seram itu adalah kemarahan yang tak terlihat."


Namjoon menawarkan pringlesnya, Cheonsa mengambilnya dengan senang hati. Dan perbincangan santai mereka pun berlanjut begitu saja. Memang tak begitu sulit untuk memulai percakapan dengan Namjoon, pria itu selalu punya topik menarik untuk dibicarakan.


"Sebenarnya apa yang terjadi?"


Cheonsa menjingkatkan alisnya.

"Maksudku waktu kau dan Minsoo hyung pergi, Hyunra terus menghubungiku. Katanya sangat khawatir karena Minsoo tak menjawab pesan atau menerima telepon darinya. Sebenarnya ada apa? biasanya Minsoo hyung selalu menerima telepon dari Hyunra. Ia baik-baik saja, kan?"


Cheonsa langsung teringat insiden Minsoo pulang dalam keadaan mabuk berat. Ia mendesah berat kemudian menceritakan semuanya pada Namjoon.


"Sepertinya kau sangat akrab dengan Jang Hyunra," kata Cheonsa lagi. sebenarnya ia hanya mengatakan hal itu untuk membicarakan banyak hal mengenai tunangan Bang Minsoo itu.


"Tidak juga. Hanya saling kenal dan kebetulan aku orang yang paling mungkin untuk ia tanyai seputar keadaan Bang Minsoo. Well, gadis itu sangat perhatian. Aku sangat iri pada Minsoo hyung," jawab Namjoon.


"Hyunra pernah menghabiskan waktu liburannya selama sebulan di Jerman dan selama sebulan itu selalu menempel dengan Minsoo hyung."

"Bisa kubilang gadis paling galak namun juga paling sabar. Perpaduan yang sangat tepat menurutku. Minsoo Hyung memang membutuhkan sosok seperti itu di hidupnya," sambung Namjoon diselingi suara kriuk di mulutnya.


Cheonsa mengangguk lemas, tak lagi berselera mengambil keripik dari kaleng di sampingnya. Yah, inilah kenyataannya. Hyunra adalah kepingan puzzle yang melengkapi diri seorang Bang Minsoo, bahkan Namjoon mengakui itu.


Mungkin ini terlalu kejam, tapi kenyataan memang selalu kejam. Lagipula lebih baik seperti ini daripada perasaannya pada pria itu semakin tak keruan.

"Sudah puas membicarakan diriku?"


Cheonsa mematung di tempat begitu suara Minsoo terdengar. Jantungnya berdebar tak karuan saat suara langkah Minsoo terdengar kian dekat. Shit, ia bahkan bisa merasakan keberadaan pria itu di belakangnya.

"Tuan Hong mencarimu."


Namjoon bergegas dengan sigap, "Cheonsa, kutinggal dulu. Kita lanjut lagi kapan-kapan," pamit pria itu sebelum pergi meninggalkannya dan pria di belakangnya.


Sekarang apa? Apa yang harus ia lakukan sekarang? kenapa ia harus salah tingkah begini?

"Anak itu senang sekali membicarakanku. Menyebalkan sekali," gerutu Minsoo.


Perasaannya semakin tak menentu, Cheonsa mencengkeram erat plastik belanjaanya. Mengurai perasaan aneh yang menguasainya. Tidak, Bang Minsoo tidak boleh mempengaruhi dirinya semudah ini.


"Hei, aku baru sampai dan kau mau meninggalkanku begitu saja?" protes Minsoo begitu ia berdiri dan hendak berderap ke arah kamarnya.


Cheonsa bisa merasakan sarafnya menegang dan menatap pria itu secara langsung hanya memperburuk suasana. Ia menghindari kontak mata langsung, menghentak-hentakan kakinya pelan.


"Aku duluan. Aku mau beres-beres dulu. Bye," ucapnya cepat. 


TBC

Hello ChinguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang