"It's just a lil' drama from Tan. You know they are lil' bit intriguing," bisik Luhan sambil menyesap winenya lagi. Pria itu menenggak wine seperti menelan air putih. Hebat.
Cheonsa menatap pria itu tidak mengerti, "Sorry?" ia benar-benar tidak paham, namun Luhan hanya tertawa sambil menggedikkan bahu.
Tawa Luhan memelan, pria itu menoleh ke sana-sini sebelum akhirnya merapat ke arahnya. Pria itu membisikkan suatu di telinganya.
"Ini hanya pernikahan politik," bisik pria itu.
Ia menatap Luhan dengan amat terkejut. Well, ia benar-benar tidak menyangka. Kris si keras kepala bersedia melakukan pernikahan seperti itu.
"Long story. Tapi tenang saja, Kris dan Elena sudah mulai saling menyukai. Jadi tidak ada masalah. Kalau masalah Bibi Wu, beliau hanya kurang suka saja dengan keluarga Tan. Mereka terlalu suka pamer, kalau boleh kusimpulkan," ujar Luhan lagi.
Oke, jadi kisah Kris itu semacam cerita-cerita yang ada di drama. Berawal dari perjodohan kemudian jatuh cinta sungguhan.
"Semuanya ayo kita bersulang demi kebahagian Kris dan Elena. Cheers!" suara pria itu terdengar lagi.
Semua orang mengangkat gelas mereka tinggi-tinggi, termasuk Luhan dan Cheonsa.
"Cheers!" seru seisi ruangan dengan riang.
Cheonsa membenturkan gelasnya dengan milik Luhan. "Cheers!" Kalau semua orang bersulang untuk kebahagiaan Kris dan Elena, Cheonsa bersulang untuk kesuksesan ritualnya.
Suara hura-hara itu timbul kemudian tenggelam lagi begitu lantunan melodi klasik samar-samar terdengar. Membuat semua orang sibuk mencari pasangan dansa mereka, lalu satu-persatu pasangan beranjak ke lantai dansa. Ada yang sudah siap, ada yang masih mencari-cari.
Begitupun dengan empat orang gadis Asia bertubuh jenjang yang tengah memperebutkan pria malang di sebelahnya.
"No, Cherry! He's mine!" kata si gadis bergaun merah pas badan.
Kemudian Luhan ditarik lagi dari sisi kanan. "What did you say? I'm the older one, so he's mine!" kali ini gadis bergaun hitam dengan potongan backless.
"You're too old Nadine! Of course Luhan is mine!" cicit gadis bertubuh paling mungil dibandingkan tiga gadis lain. Gadis yang ini nampak too nerd dan agak imut, sih.
"And you're too small for his liking, Jane. So get away and leave him alone with me, the one and only Sharon."
Cheonsa tidak bisa menahan tawanya menyaksikan betapa frustasinya Luhan saat ini. Pria mungil itu ditarik dari berbagai sisi, disentuh, dan digoda. Cheonsa merasa agak kasihan, pasalnya Luhan seperti remaja lugu yang sedang diperebutkan empat orang wanita penggoda.
Tapi pemandangan ini terlalu lucu untuk tidak ditertawakan, lagipula Cheonsa bukan orang yang pandai menahan tawa. Namun karena tawanya yang tidak bisa ditahan itu, si kuartet Tan itu menatapnya dengan bengis. Sudah siap mengepungnya dan melemparnya ke jalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Chingu
FanfictionCheonsa punya rencana sendiri saat memutuskan untuk pergi berlibur ke Eropa. Dan bertemu dengan Bang Minsoo, cowok yang pernah ia sukai semasa sekolah tidak termasuk salah satunya. Namun pertemuan tak terduga itu malah menjadi awal petualangannya be...