Pernikahan Biru.

1.6K 216 43
                                        

Hari ini adalah hari pernikahan Biru. Sejak pagi-pagi buta sekali, Jiana sudah mulai bersiap. Bahkan jika biasanya Yoga yang selalu membangunkan Jiana untuk shalat subuh, pagi ini jadi Jiana yang membangunkan Yoga. Perempuan itu terlihat bersemangat sekali.

Yoga yang baru selesai mandi, membuka pintu kamarnya. Hal pertama kali ditangkap oleh mata Yoga adalah Jiana yang sekarang sedang duduk di meja rias, berdandan, sama sekali tidak meliriknya.

"Udah selesai mandi, Mas? Bajunya udah aku strikain, ada di atas kasur."

Menyadari tidak ada pergerakan dari Yoga, Jiana memalingkan wajahnya dari cermin.

"Mas? Kenapa?"

Yoga menggeleng, masih menatap Jiana lurus tanpa berkedip. Demi apapun istrinya sangat cantik, apalagi dengan dress putihnya itu.

"Baju saya mana?"

Jiana mengerutkan dahinya bingung, "Ada di atas kasur," katanya lagi.

"Oh."

Jiana menggeleng, tidak mengambil pusing ketidak jelasan Yoga. Mungkin karna masih pagi, jadi belum sepenuhnya sadar, pikirnya.

Tapi lagi-lagi, Jiana tidak merasakan pergerakan dari Yoga, membuatnya mau tidak mau kembali menatap suaminya itu.

"Mas, masih ngantuk?"

Yoga menggeleng, "Engga."

"Terus?"

"Apa?"

"Kenapa masih diem aja? Kan udah aku kasih tau bajunya dimana?"

"Oh, iya."

"Idih, Mas kenapa? Minum dulu sana, kurang Aqua kayanya nih. Jadi gak nyambung gitu diajak ngobrolnya."

Yoga menghela nafas berat, kemudian berjalan ke arah ranjang untuk mengambil baju batik coklat berlengan panjang yang sudah disiapkan.

Gawat, pikirnya. Bagaimana bisa tanpa make-up Jiana seperti anak sekolah, sedangkan memakai make-up menjadi sangat cantik seperti ini? Sudah cukup kemarin ada ibu-ibu yang menjodohkan istrinya untuk dijadikan pasangan anaknya yang masih sekolah, jangan nanti malah ditambah dengan datangnya lamaran menikah dari laki-laki lain.

Yoga tidak akan jauh-jauh dari Jiana, lihat saja nanti.

Setelah siap, keduanya kini berada di dalam mobil, berencana untuk berangkat ke gedung tempat Biru melangsungkan pernikahan. Padahal, jam masih menunjukkan pukul setengah delapan pagi.

"Kamu yakin berangkat sekarang?"

"Iya."

"Gak kepagian? Di surat undangan kan akadnya dimulai jam sepuluh?"

Jiana menggeleng yakin, "Engga. Kita kan nyampe sana jam delapan, terus abis itu aku langsung nemenin Biru siap-siap."

Mereka memang sangat dekat satu sama lain, bahkan saat Jiana menikah dulu, Biru dan Yola sampai menginap di rumahnya. Jadi kelakuan Jiana sekarang ini belum ada apa-apanya.

Yoga hanya pasrah mengikuti kemauan istrinya.

Sampai di sana Jiana langsung memisahkan diri dengan Yoga, karena perempuan itu ingin melihat Biru yang sedang dirias. Untung saja ada suami dari sahabatnya, jadi Yoga tidak sendiri menunggu.

Di dalam ruang rias, Jiana melihat Yera yang sudah menangis sesegukan di samping Biru. Sedangkan yang ditangisi malah tertawa.

Biru yang menyadari kehadirannya tambah mengencangkan tawa, merasa lucu melihat ekspresi Jiana yang memelas.

HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang