Gara-gara game.

1.6K 220 69
                                    

Saat ini Yoga dan Jiana berada di kamar, duduk bersila di atas kasur dengan mata yang fokus menatap ponsel. Setelah Salat Isya, pria itu langsung ditarik untuk memainkan Game Slendrina sesuai dengan janjinya tadi siang. Harusnya sepulang kerja, tapi ada saja alasan yang digunakannya untuk menunda. Seperti mandi dulu, makan, istirahat, dan terakhir saat Salat Isya tadi. Untung saja Jiana perempuan penyabar.

"Jangan takut, aku di sini," kata Jiana karna melihat Yoga yang begitu tegang.

Yoga tidak membalas perkataannya, sibuk menenangkan degup jantungnya yang berdetak cepat. Jangan lupakan tangannya juga yang mendingin padahal baru membuka aplikasi.

Mulai mendengar suara-suara khas game horror, Yoga dengan sigap langsung menekan tombol volume suara untuk mengecilkannya.

Kita semua pasti setuju kalau suara atau backsound menyebalkan itulah yang berperan besar membuat suasana lebih menegangkan dan menyeramkan dalam film maupun game horror.

"Lho, kok dikecilin? Gak seru dong, Mas," protes Jiana menatap Yoga tidak terima.

"Saya takut, Jiana."

"Kan aku udah bilang jangan takut? Aku ada di sini."

"Yaudah kalau gitu kamu aja yang main."

Jiana menggeleng kepalanya cepat, "Engga! Aku takut!"

"Makanya itu, kecilin aja."

Selama tinggal bersama, Jiana memang sudah mengetahui Yoga penakut dengan hal mistis. Tapi tidak menyangka jika sepenakut ini. Pantas saja setiap dimintakan tolong untuk mengambil jemuran di luar saat malam hari tidak pernah mau. Jiana kira malas, tapi ternyata mungkin saja karena takut.

"Mas, aku saranin jangan terlalu serius-serius amat mainnya. Soalnya nanti pasti tambah kaget. Hantunya bisa muncul tiba-tiba."

Yoga berdecak sambil menurunkan ponselnya, frustasi. "Kamu malah buat saya tambah takut."

Yoga kira mengidam hanya tentang makanan. Ternyata bisa menginginkan hal aneh seperti ini juga. Jujur saja lebih baik dirinya mengitari jalanan untuk mencari makanan yang Jiana inginkan, walaupun melelahkan tubuhnya. Daripada memainkan game horror yang bisa saja membuatnya mimpi buruk beberapa hari kedepan.

"Gak mau ganti aja? Saya bisa mainin game lain."

Jiana menggeleng, "Gak mau, aku maunya ini. Kalau bisa, sampe misinya selesai."

Yoga melengos. Memang tidak ada gunanya menawar. Yang ada dirinya malah tambah dirugikan. Kedua jempolnya bergerak ke kiri dan kanan, mencoba untuk mencari buku-buku dan kunci.

"Mas, itu ada bukunya!"

"Mana?"

"Itu tadi, coba puter lagi ke kiri," kata Jiana ikut serius.

Yoga mengangguk, mengikuti instruksi darinya. Setelah mengambil dan ingin berbalik, tiba-tiba Jiana menghentikannya. "Mas, dari tadi belum ketemu sama Slendrinanya, kan? Jadi sekarang hati-hati siapa ta- AAAAAAAAAAA!"

Yoga langsung melempar ponselnya secara spontan. Terkejut dengan teriakan Jiana dan kemunculan Slendrina di layar.

"Jiana!" desisnya menatap sang istri yang sekarang menutupi wajahnya dengan bantal, kesal. "Saya lebih kaget denger kamu teriak dari pada hantunya!"

"Tadi kan aku udah bilang hati-hati! Kenapa Mas malah langsung balik badan?! Aku belum selesai ngomong!" kesalnya sambil memukul Yoga berulang kali menggunakan bantal yang tadi digunakan untuk menutup wajah.

HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang