Tidak terasa, hanya tinggal hitungan hari saja Jiana diperkirakan akan melahirkan. Setiap hari selama dua minggu belakangan, Jiana ditemani dengan Yoga, rutin jalan-jalan pagi mengelilingi komplek agar mempermudah saat bersalin nanti. Sekalian mencari sarapan. Sebenarnya Yoga tidak memperbolehkan Jiana memasak karna dia sadar Jiana tidak seleluasa dulu. Jangankan memasak, bangun dari duduk saja selalu minta bantuannya. Makanya dua minggu belakangan ini Yoga mengambil alih semua pekerjaan rumah.
Saat ini Jiana dan Yoga berada di atas kasur, berencana untuk tidur. Tetapi seperti malam-malam sebelumnya, mereka tidak bisa tidur nyenyak begitu saja. Lebih tepatnya Jiana. Karna di usia kandungannya, susah sekali untuk tidur dengan nyaman. Rasanya semua posisi tidur serba salah. Terlentang sulit bernapas, miring tidak enak. Belum lagi sakit pinggang dan mendapat tendangan dari sang cabang bayi.
"Masih gak enak?"
Yoga menatap Jiana yang tidur berhadapan dengannya, khawatir. Jiana memang memejamkan matanya, tapi ekspresi wajahnya tidak merasa nyaman.
Jiana mengangguk, seperdetik kemudian meringis.
Yoga yang melihat itu langsung bangkit, "Sakit lagi?"
"Iya."
"Ke rumah sakit aja, ya?"
"Tapi takut kontraksi palsu lagi."
"Gapapa, kita mastiin."
Memang, sekitar tiga hari yang lalu, Jiana merasakan apa yang dirasakannya sekarang. Karna takut dan belum ada pengalaman, mereka langsung ke rumah sakit untuk mengecek. Setelah dicek ternyata kontraksi palsu.
Kejadian kemarin tidak membuat Yoga untuk lengah. Lagi-lagi karna alasan mereka belum berpengalaman tentang hal ini. Makannya mereka harus tetap siap siaga. Biarlah jika kontraksi palsu, yang penting kondisi Jiana sekarang diketahui dan jelas.
Tanpa menunggu sepertujuan Jiana lagi, Yoga turun dari kasur. Mengambil tas ransel hitam berisi pakaian dirinya, Jiana, dan barang-barang yang sekiranya dibutuhkan. Berjaga-jaga jika sungguhan melahirkan.
Di perjalanan, Jiana mengatakan kontraksinya tambah menjadi, membuat Yoga panik luar biasa.
Yoga menggigiti bibirnya dengan mata yang sesekali melihat ke arah Jiana.
"Tahan sebentar."
Jiana mengangguk, "Mas cepetan dikit," pintanya sambil memukul bahu Yoga pelan.
Yoga menginjak pedal gasnya lebih dalam. Untung saja sekarang tengah malam, jadi jalan raya sangat senggang.
Belum aja semenit, tiba-tiba Jiana memukul bahunya kembali. Namun bedanya lebih kuat dan berulang kali.
"Mas pelanin! Perut aku tambah sakit!" pekiknya.
"Tadi katanya suruh cepetan?"
Jiana menggeleng, "Gak jadi. Ternyata malah buat tambah sakit."
Yoga tidak mengatakan apapun lagi, segera menurunkan kecepatan mobilnya.
Jiana menatap Yoga khawatir, "Mas, ini aku gak bakalan lahiran di mobil kan, ya?"
Yoga menatapnya cepat, "Jangan mikir aneh-aneh!"
"Soalnya Mbak Soraya pernah hampir lahiran di mobil. Aku takut. Masa nanti anak aku kalau ditanya lahirnya di mana, jawabnya di mobil? Kan kasian. Nanti diledekin sama temennya."
Yoga yang sedari tadi memasang wajah paniknya, langsung berubah menjadi datar. Tidak habis pikir dengan istrinya. Bisa-bisanya memikirkan itu disaat-saat genting seperti ini. Tapi di sisi lain, Yoga lebih merasa sedikit lebih tenang, karna sepertinya rasa sakit kontraksinya masih tertangani jika dilihat dari banyaknya dia berbicara hal tidak penting sekarang.
![](https://img.wattpad.com/cover/218334293-288-k577223.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND
Ficción GeneralYoga Agam Nugraha terlalu serius untuk Jiana Ranasya yang main-main. [cerita super ringan ⚠️] [complete] Start: 20 Maret 2020 Finish: 17 April 2021 #1 in sumji 🥇 #1 in yeochin 🥇 By: Oumjang