Salah paham.

1.7K 208 27
                                    

Jiana memutar matanya malas, "Mantan gue mana ada di Indo- aAanjir?!"

Jiana langsung membungkukan badannya cepat. Bukan, yang dilihatnya bukanlah mantan pacarnya, tetapi pria yang dulu pernah disukainya.

Namanya Wildan Aditya Anggara, mantan ketua OSIS saat SMA dulu. Layaknya cerita-cerita remaja dalam novel, Jiana mulai jatuh hati pada sosoknya pada masa orientasi siswa baru. Jiana yang saat itu menjadi salah satu siswi yang diospek, terpesona dengan Wildan yang berdiri di depan dengan melontarkan kalimat sambutan. Sangat berwibawa, pikirnya. Awalnya memang karena wajahnya yang tampan, tapi lama-kelamaan, Jiana menyadari jika di matanya, seorang Wildan berbeda.

Wildan itu murid pintar, berprestasi, dan yang paling penting, memiliki attitude yang baik. Wildan juga sangat 'lurus', tidak seperti kebanyakan siswa lain yang ada saja ulahnya entah itu terlambat, bolos, atau berpakaian tidak sesuai dengan peraturan. Bahkan selama satu tahun Jiana memperhatikan, pria itu hanya pernah telat satu kali.

Salah satu hal lain yang paling Jiana sukai adalah cara Wildan berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Walaupun untuk seukuran ketua OSIS yang biasanya memiliki sifat supel, Wildan termasuk sosok yang sangat kaku dalam berinteraksi. Apalagi jika orang itu perempuan. Tapi meskipun begitu, Wildan tetap tersenyum jika disapa, menjawab dengan benar jika ditanya, dan membantu jika diperlukan. Jiana sangat menyukainya karena walaupun sifat kakunya yang bisa saja membuat orang lain salah paham dan mungkin membuat dirinya sendiri tidak nyaman, Wildan bisa mengatasi itu semua dengan baik. Makanya, hampir seluruh siswi di Sekolah termasuk Jiana, menjadikan Wildan sebagai tipe ideal. Kalau kata Dasya, teman sekelas Jiana dulu, 'Kak Wildan itu Boyfriend Material banget! Bayangin lo jadi pacar dia, sebaik apa coba lo diperlakuin?!'

Kalau saja peristiwa sangat memalukan yang rasanya membuat Jiana seperti tidak mempunyai muka tidak terjadi, mungkin sampai sekarang Jiana masih menyimpan rasa kepadanya.

"Ya Allah, kenapa harus ketemu?" gumamnya ingin menangis.

Mendengar gumaman Jiana, Sabil membalikan badannya ke belakang, penasaran dengan apa yang dilihat kakaknya itu sampai bersembunyi seperti ini. Sabil menangkap sesosok pria bertubuh tinggi dengan kacamatanya. Walaupun tidak pernah bertemu secara langsung, Sabil masih bisa mengetahui siapa pria itu. Lagi pula di keluaganya siapa yang tidak mengenal Wildan? Pria yang membuat Jiana menjadi bahan bulan-bulanan keluarga, teman-temannya, bahkan dirinya sendiri.

"Pftt! Gue cuma boongan doang tadi biar lo diem sebentar, eh ternyata mantan lo dateng beneran."

"Ya gara-gara ucapan lo, Kampret! Lo gak tau kalau ucapan itu doa?!" kesal Jiana masih dengan posisi mencoba menyembunyikan tubuhnya, "walaupun Kak Wildan bukan mantan pacar, tapi kan dia mantan crush gue! Sama-sama mantan!"

Sabil menatap Jiana dengan tatapan menggoda, "Tenang aja Kak, Wildan pasti gak inget lagi sama lo."

"Dia masih inget gue."

"Ayo buktiin, sapa Kak Wildan sekarang juga. Sama Bang Malik juga kayanya."

"Gila apa ya, lo? Lo gak inget pas di rumah Tante Rina, Malik ngetawain gue gara-gara Wildan minta tolong bilangin ke gue untuk biasa aja?! Katanya anggep aja kejadian yang itu gak ada," bisik Jiana dengan mata yang membulat sempurna menahan amarah, "berarti kan dia emang masih inget sama gue!"

"Ya betul kata dia, lo biasa aja! Itu kejadiannya udah lama. Anggep aja angin lalu," kata Sabil enteng, "atau jangan-jangan lo masih suka?"

"Bukan masalah masih suka apa engganya, Sabil bego! Ini masalahnya tentang harga diri! Lo juga kalau ada di posisi gue, gak bakalan ilang itu rasa malu lo sampe kapanpun! Lagian gue juga udah punya suam-"

HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang