Perkara handphone rusak pt.2.

1.6K 236 32
                                    

Jiana membuka pintu rumahnya pelan setelah sebelumnya mengucapkan salam. Tidak ada tanda-tanda bahwa Yoga sudah berada di rumah, padahal tadi menyuruhnya untuk cepat pulang.

Menaruh tas selempangnya di atas meja ruang tengah, Jiana berjalan ke arah dapur untuk meletakkan soto yang tadi sempat dibelinya karena hari ini Jiana tidak memasak makan malam.

Sampai di dapur, dirinya dikejutkan dengan kehadiran Yoga yang ternyata sudah pulang. Pria itu terlihat duduk manis di atas kursi bar dengan segelas air putih yang kini ditaruhnya di atas meja.

"Mas, baru pulang?" tanya Jiana sambil mendekat dan menyalimi tangan Yoga.

Yoga mengangguk, "Kamu dari mana dulu?"

"Aku beli Soto di Pak Warto," jawab Jiana sambil mengangkat kantong plastik putihnya, "Mas makan, ya? Aku siapin."

"Kamu?"

"Aku udah, tadi makan di mall."

Yoga tidak berkomentar. Matanya fokus memperhatikan Jiana yang sekarang sibuk menyiapkan makan untuknya. Setelah mengambil nasi, sendok, dan menaruh sotonya ke dalam mangkuk, Jiana kembali mendekat ke arahnya.

"Makasih," ucap Yoga setelah Jiana meletakkan makannya di atas meja.

"Sama-sama," balas Jiana sambil mendudukkan dirinya di sebelah Yoga.

Keduannya diam beberapa saat. Yoga fokus memakan makannya, sedangkan Jiana memperhatikan Yoga yang fokus memakan makannya. Jiana tersenyum, menyadari jika saat ini suaminya itu terlihat lebih berisi dibandingkan sebelum menikah.

"Mas, Mas gemukan lho," Jiana menusuk pipi Yoga dengan jari telunjuknya pelan. 

Yoga menatap Jiana sebentar, kemudian melanjutkan kembali kegiatannya memakan soto. Yoga sudah sering mendengar ucapan itu dari beberapa orang yang berada di sekelilingnya belakangan ini. Bedanya, pasti diakhir mereka akan berkata, 'Bahagia banget nih kayanya abis nikah' yang bisanya hanya ditanggapinya degan senyuman. Yoga sama sekali tidak ambil pusing dengan perubahan tubuhnya saat ini. Toh masih terlihat seperti biasa dan sepertinya istrinya begitu bahagia karena sekarang senyumannya begitu lebar.

"Tapi aku suka. Gemoy banget."

Kan? Tepat seperti dugaannya tadi.

Memperhatikan Yoga lebih dalam, membuat rasa gemas Jiana semakin menjadi. Perempuan itu tanpa aba-aba langsung memeluk Yoga erat dari samping. Menciumi pipinya berulang kali tanpa jeda.

Yoga melotot dengan mulut yang masih penuh, merasa begitu terkejut dengan tingkah Jiana yang tiba-tiba. Sadar, Yoga menelan makannya langsung tanpa kunyah.

"Jiana, saya lagi makan!" peringatnya dengan nada kesal. Hampir saja tersedak makananya sendiri. Walaupun sebenarnya lebih dominan merasa malu dari pada kesal karena mendapat perlakuan yang tidak terduga dari istrinya.

Jiana yang saat ini masih memeluk Yoga, mendongak. Matanya menatap mata Yoga lurus tanpa kedip.

"Lagian Mas lucu banget," gemasnya kemudian mengecup sekali lagi pipi Yoga.

Yoga kembali membuka matanya lebar, "Jiana!"

Jiana menyengir, melepaskan pelukannya, "Hehe, maaf Mas."

Yoga berdehem, mencoba untuk menormalkan detak jantungnya yang tidak karuan.

"Mas."

"Hm?"

"Mas engga marah kan?"

"Engga," jawabnya singkat tanpa menatap.

Jujur saja sebenarnya Yoga merasa senang. Tapi Yoga tidak akan menunjukkan ekspresinya. Rasaya kurang pantas untuk dirinya yang berumur dua puluh tujuh tahun ini berprilaku malu-malu layaknya ABG yang sedang kasmaran. Biar saja hanya Tuhan lah yang tahu bagaimana perasaannya saat ini.

HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang