Jiana, saya sayang kamu.

2.1K 231 79
                                    

"Petisan lagi?"

Jiana menatap aneh Yoga yang baru pulang dari kerja tetapi sudah duduk manis di dapur, matanya seolah berkata 'Serius, Mas?'

"Kenapa? Saya lagi pengen."

"Mas, itu mah bukan lagi pengen, tapi emang doyan!"

Sejak hari pernikahan Biru, entah kenapa Yoga jadi mencurigakan seperti ini. Jika makanan biasa Jiana masih memaklumi, tapi ini adalah petis buah, makanan yang hampir tidak pernah Yoga makan selama tinggal bersama dengannya. Belakangan ini Jiana benci sekali melihat Yoga yang memakan mangga muda asam dengan santainya. Membuatnya menjadi merinding sendiri karena membayangkan betapa asamnya mangga itu.

Jiana menutup telinga saat Yoga mulai menggigit mangga tanpa ragu, "Ihhh ngilunya Masss, Ya Allah," katanya histeris, "apa gak asem itu mangganya?!" timpalnya lagi.

Yoga tidak berkomentar apapun. Sejak kemarin begitu lah reaksi Jiana saat melihatnya makan petis buah. Yoga sampai bosan.

Lagi pula apa salahnya? Yoga kan hanya sedang ingin, begitu kira-kira gerutunya dalam hati.

"Mas itu lagi ngidam, ya?! Ya Allah, itu kan bukan nasi. Kenapa Mas makannya lahap kaya gitu, sih?!" tanya Jiana masih histeris, tapi kali ini bercampur kesal.

"Gausah aneh-aneh, saya gak bisa hamil."

"Ya emang gak bisa hamil, tapi kan Mas bisa ngidam."

"Saya juga tau, tapi itu kalau kamu lagi-" Yoga tiba-tiba berhenti dari aktifitasnya, menatap Jiana yang sekarang menatapnya juga, "hamil."

Jiana mengerutkan dahinya bingung karena Yoga menatapnya lurus. Tapi saat sadar, Jiana langsung memalingkan wajahnya, "Iya juga."

Keduanya sama-sama terdiam, atsmosfer di sekitar mereka berubah menjadi canggung.

Jiana berdehem, "Sekarang tanggal berapa, ya? Kayanya ada yang kurang," tanyanya masih enggan menatap Yoga.

Kalau Jiana ingat-ingat kembali, tamu bulanannya harusnya datang dua minggu lalu. Tapi sampai sekarang, tanda-tandanya pun Jiana tidak merasakan.

"Sekarang tanggal tiga belas."

Mengedipkan matanya beberapa kali, Jiana memiringkan kepalanya, "Aku harusnya lagi haid gak sih, Mas?"

Diam lagi cukup lama, sampai Yoga bangun dari duduknya.

"Ayo cek," ajak Yoga.

Jiana menggaruk hidungnya yang tidak gatal, benar-benar seperti orang linglung.

"Saya beli alatnya dulu."

Setelah itu Yoga langsung melenggang pergi dari dapur. Tapi tidak lama, Yoga kembali, membuat Jiana menyergitkan dahinya bingung.

"Kenapa?"

Yoga tidak menjawab, hanya mengambil satu potongan mangga muda yang sudah dicelupkan ke dalam bumbu, kemudian balik lagi melanjutkan niatnya tadi.

Jiana mengangga, "Ya Allah, sempet-sempetnya!"

-Husband-

Lima belas menit kemudian, Yoga kembali. Membawa sekantong plastik yang Jiana tahu sebagai alat tes kehamilan.

Yoga mendekati Jiana, menyerahkan kantung plastik bewarna putih itu.

"Sekarang?"

"Tahun depan."

Jiana tertawa lepas, walaupun terdengar terpaksa. "Mas bisa bercanda juga ternyata," katanya setelah tawanya reda sambil mengusap sudut matanya yang entah kenapa mengeluarkan air mata.

HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang