Aku sayang sama Mas.

2.1K 285 59
                                    

Yoga memelankan larinya, menatap Jiana yang sekarang tersenyum lebar ke arahnya sambil melambaikan tangan seolah tidak terjadi apa-apa.

Padahal demi apapun, jantung Yoga rasanya ingin lepas saat dirinya mendapat telpon yang mengatakan bahwa istrinya itu berada di kantor polisi. Bahkan Yoga meninggalkan kelasnya begitu saja sambil berlari. Pikirannya menjadi kalut, kemungkinan-kemungkinan buruk sudah terlanjur bersarang di otaknya. Saat di jalan pun Yoga tidak absen untuk memukul setir mobilnya berulang kali karna merasa semua kendaraan yang ada di depannya berjalan lambat.

Tapi melihat keadaan Jiana yang baik-baik saja, membuat Yoga kembali tenang. Pria itu mengucapkan kata-kata syukur berulang kali dalam hati. Walaupun sepertinya dia akan sedikit menghukum sang istri.

Yoga menghela nafasnya sekali, kemudian mengambil ponsel genggam yang berada pada kantong celananya. Berencana menghubungi seseorang untuk dimintai tolong memantau kelas yang tadi di tinggalkannya.

"Assalamualaikum," salamnya saat panggilan tersambung.

"Wa'alaikumsalam, Pak Yoga."

"Zahra maaf, kamu bisa tolong awasin kelas saya sekarang? Saya lagi ada urusan mendadak." yang dihubungi Yoga adalah rekan kerjanya. Namanya Zahra, dosen magang yang baru saja masuk lima bulan lalu.

"Oh, bisa Pak. Kebetulan saya lagi kosong."

"Makasih Zahra, mereka lagi ujian."

"Iya, Pak, saya akan segera ke sana."

"Sekali lagi makasih ya, maaf merepotkan."

"Engga Pak, santai aja, hehe." setelah mengucapkan salam, Yoga menutup telponnya. Kemudian berjalan mendekati meja polisi yang dirinya ingat sebagai suami dari salah satu teman Jiana; Jefri.

Yoga sudah berada tepat di depan Jefri, tanpa menengok ke arah Jiana sedikit pun.

Jefri bangun, kemudian mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Yoga.

"Maaf Pak, buat Bapak datang ke kantor," kata Jefri basa-basi karena melihat ekspresi Yoga yang sangat tidak mengenakkan untuk dipandang. Bertemu Yoga beberapa kali, membuat Jefri sedikit mengenal prilaku Yoga yang tegas, tenang, dan sangat serius. Jefri sedikit menyesal tidak mengikuti permintaan Jiana yang memintanya untuk berbicara santai agar pria yang berada di depannya ini tidak panik. Jefri tidak menyangka jika Yoga akan sepanik ini. Terlihat dari pelipis dan beberapa bagian rambutnya yang basah karna keringat.

Yoga menggeleng, "Istri saya kenapa?"

Jefri melirik sebentar ke arah Jiana yang memelas. Kemudian mengalihkannya kembali pada Yoga. Jefri kasihan, namun dirinya harus profesional.

"Istri bapak melanggar lalu lintas. Kebut-kebutan di jalan, tidak membawa STNK, dan juga membonceng orang yang tidak menggunakan helm."

Yoga menutup matanya sebentar, meredam amarahnya yang semakin menjadi.

"Saya minta maaf atas tindakan istri saya yang melanggar hukum lalu lintas. Saya akan mengikuti ketentuan yang berlaku."

Jefri menggeleng.

"Tidak Pak, ini bukan sepenuhnya salah Jiana. Istri saya Karuna, juga ikut andil dalam kejadian ini karna dia tidak membawa helm dan menyuruh Jiana untuk menaik-kan kecepatan motor. Dan untuk itu, saya juga meminta maaf atas nama Karuna."

"Saya akan membayar setengah dari jumlah denda yang berlaku."

Yoga diam sebentar, kemudian mengangguk.

Karuna menatap Jefri dan Yoga jengah karna percakapan keduanya yang terdengar sangat baku dan tidak enak untuk didengar oleh orang sepertinya. Tidak untuk Jiana yang sudah biasa.

HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang