Ujian calon ayah.

1.6K 216 34
                                    

Yoga melihat Jiana yang teridur di sampingnya, resah. Jam menunjukkan pukul setengah satu malam, tapi dirinya terbangun karna ingin buang air kecil. Kalau saja tadi tidak memainkan game horror, pasti sekarang tanpa pikir panjang Yoga akan ke kamar mandi untuk menuntaskan panggilan alamnya. Mau membangunkan Jiana untuk diminta menemani, tidak tega. Yoga tidak ingin mengganggu tidur nyenyaknya setelah tadi sempat dalam keadaan lemas karena bolak-balik memuntahkan isi perutnya.

Dengan hati-hati, Yoga turun dari ranjang. Agar Jiana tidak merasa terganggu dengan pergerakannya.

Sekitar lima menit di kamar mandi, Yoga akhirnya keluar dengan perasaan lega. Niatnya ingin langsung berlari ke kamar, pupus. Karena mendengar suara-suara kecil di dapur, membuatnya mau tidak mau harus mengecek. Takut-takut ada orang asing, atau bahkan pencuri yang masuk ke rumahnya.

Yoga menyipitkan matanya, menangkap punggung seseorang yang sangat familiar baginya.

"Jiana?"

Jiana yang merasa dipanggil, menengok. Langsung tersenyum saat Yoga berjalan ke arahnya.

Yoga menghela napas lega. Ternyata itu benar istrinya.

"Kamu ngapain?"

"Mau masak."

"Masak? Masak apa?"

"Seblak."

"Jam segini?" tanyanya sambil menyergitkan dahi.

"Iya, kenapa?"

Yoga menggeleng. Pasti ngidam, batinnya.

Tadi sebenarnya Jiana bermimpi memakan seblak yang dulu sering dibelinya saat sekolah menengah pertama. Lalu terbangun, membuatnya jadi ingin memakan seblak sungguhan.

Rumah yang biasanya sepi jika di jam-jam tengah malam seperti ini mendadak ramai.

"Mas mau ngapain? Mau ambil minum?" tanya Jiana melihat Yoga yang duduk di kursi bar bukannya kembali ke kamar.

"Boleh. Tolong ambilin minum, ya?"

Jiana mengangguk, meninggalkan alat-alat dapurnya untuk mengambilkan air.

"Terima kasih," ucap Yoga setelah satu gelas air berada di atas meja.

"Sama-sama."

Jiana melanjutkan membuka bungkus mienya. Iya, karena tidak ada kerupuk, Jiana akan menggantinya dengan mie saja.

"Gak tidur lagi, Mas?"

Yoga menggeleng, walaupun Jiana tidak bisa melihat gelengannya karena fokus dengan masakan.

"Engga."

"Kenapa? Besok kan kerja?"

"Besok libur."

Jiana berhenti dari kegiatannya, menengok kepada Yoga yang sekarang memeperhatikan. Kemudian memukul jidatnya pelan sambil tersenyum, "Oh iya," katanya.

Yoga ikut tersenyum, merasa gemas sendiri melihat kebiasaan istrinya itu.

Di tengah-tengah memasaknya, tiba-tiba Jiana berbalik, menatap Yoga dengan senyum penuh arti.

Yoga yang menyadari gelagat aneh Jiana, mengangkat satu alisnya. Perasaannya sudah tidak enak.

"Kenapa?"

"Kecapnya abis."

"Terus?"

"Mas tau, kan? Warung dua puluh empat jam di perempatan komplek? Yang deket Indomaret?"

"Iya?" tolong, Yoga tidak ingin disuruh keluar untuk membeli kecap.

"Boleh minta tolong beliin? Oh, atau aku aja yang beli. Mas tung-"

HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang