Jangan lupa vomment ya, aku suka banget bacainnya hehe💗
Gadis itu sedari tadi berjalan kesana kemari seperti hilang akal. dia tidak dapat berpikir jernih sekarang, seolah-olah baru sadar akan ucapannya tujuh hari yang lalu, saat dimana dia menerima lamaran Saka. Harusnya dia berpikir kembali saat itu, bukannya termakan emosi sesaat mendengar alasan dari laki-laki asing yang tiba-tiba datang ke dalam hidupnya.
Namun, semua sudah terjadi. Aira tidak dapat memutar kembali waktu untuk menarik perkataannya tujuh hari lalu. Tidak...dia harusnya menarik ucapannya dari lima tahun lalu. Dengan begitu Aira tidak akan menghadapi situasi semua ini.
"Aduh, Ra. Jangan jalan-jalan terus bisa nggak sih. Ntar keringetan, make up lo luntur gimana," omel Yuna, sahabatnya. Dia geram melihat Aira yang tidak bisa diam di ruangan.
Sonia, sahabat Aira yang kebetulan seorang penata rias melihat gadis itu hanya bisa menggelengkan kepala. "Duduk sini, dek. Mau gue touch up make up nya," perintah Sonia.
Mau tidak mau, Aira menurut. Dia duduk di meja rias, membiarkan Sonia untuk membenarkan kembali riasannya yang mungkin sedikit berantakan karena sedari tadi dia bergerak secara tidak karuan.
"Lo tuh ya, calon suami lo on the way kesini. Emangnya lo mau apa, pas dia nyampe dandanan lo semwarut depan dia? Kalo dia tiba-tiba berubah pikiran ngelamar gue gimana, rela lo?" Goda Yuna. Dia emang paling suka bercanda dalam circle pertemanannya.
Aira menghembuskan nafasnya pelan. Dia menatap Yuna tak berdaya. "Yun, kalo lo mau, gantiin posisi gue aja sekarang," ujarnya dengan nada lemas.
"Wah emang sarap ya ini anak, gue sih mau-mau aja. Soalnya gue liat-liat calon suami lo tuh mirip sama mas Al tau, Ra. Udah CEO, masih muda, manis, ganteng, kaya raya, galak tapi care, terus bucin banget sama lo. Siapa yang bakalan nolak? Duh pokoknya gue iri sama lo, udah kaya mbak Andin real life," oceh Yuna bersemangat jika sudah berhubungan dengan sinetron favoritenya. Jika orang lain sekarang kebanyakan suka menonton drama, Yuna lebih memilih untuk menonton sinetron.
Sonia hanya tertawa mendengar penjelasan dari Yuna. Sementara Aira memutar kedua bola matanya, malas sekali mendengar sahabatnya itu malah memuji Saka.
"Siapa yang bakal nolak dia? Gue!" Aira menunjuk dirinya sendiri. "Gue nggak mau sama dia."
"Jangan gitu, Ra. Jalanin aja dulu. Siapa tau emang Saka jodoh lo dan emang takdir kalian kaya begini. Coba dulu membuka hati, jangan terlalu keras sama Saka," tutur Sonia memberi nasihat untuk gadis yang sudah ia anggap seperti adik sendiri.
Aira tidak menanggapi ucapan Sonia. Dari dasar hatinya yang paling dalam, dia membenarkan nasihat tersebut, Aira tahu dia harus mencoba untuk menerima Saka, laki-laki yang dengan tulus mencintainya. Tapi disisi lain, ego Aira terlalu besar. Entah mengapa ia merasa dikalahkan disini. Seolah-olah dia dipaksa untuk menerima semuanya, secara tiba-tiba tanpa persiapan. Dia merasa tidak memiliki waktu untuk berpikir ataupun kesempatan dalam memilih.
KAMU SEDANG MEMBACA
8,2 Detik [COMPLETE]
FanfictionAira tidak menyangka karena sebuah insiden, sahabat dari kakaknya menyatakan perasaan kepada dirinya secara tiba-tiba. Aira tentu tidak gila, mereka bahkan baru berkenalan baru beberapa jam yang lalu. Tentu Aira menolaknya dengan berbagai alasan. "K...