18 | Maafin Aku, Saka

1K 163 33
                                    

Suasana ramai di rumah makan sederhana itu diakibatkan karena jam makan siang dan letaknya yang memang cukup dekat dengan kantor, sehingga menjadi sarana para pegawai untuk menghemat waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suasana ramai di rumah makan sederhana itu diakibatkan karena jam makan siang dan letaknya yang memang cukup dekat dengan kantor, sehingga menjadi sarana para pegawai untuk menghemat waktu. Seperti dua gadis cantik yang tengah duduk diujung rumah makan, dengan piring dan minuman diatas meja.

“Masa ya, Ra. Denger-denger dari temen sedivisi gue pas makan kemarin, katanya sekretaris Pak Malik itu masih single, terus katanya cinlok gitu sama atasan,” celetuk Yuna sambil memakan nasi gulainya khidmat.

Aira terbatuk-batuk tersedak makanan saat mendengar ucapan Yuna. Ia mengambil teh hangat dan meminumnya. “Terus lo jawab apa, Yun? Lo bilang kalo gue udah nikah?”

“Gue cuma ketawa aja, nggak mungkin kan lo balik sama Pak Malik. Mana gosip lo masih single, haduh apa kabar Saka?” Yuna terkekeh mengingat kembali gosip murahan tentang sahabatnya itu. Tapi, tidak dengan Aira, gadis itu justru menghentikan aktivitas makannya dan melamun. Seketika Yuna memiliki firasat tidak enak. “Tunggu, jangan bilang? Ra...nggak mungkin, kan?”

Yuna berharap sahabat sejak kecilnya itu menggeleng, namun, Aira justru mengangguk. Menjawab semua keraguan yang ada di hati gadis berponi itu. “Yun, please jangan bilang ke Kak Saka, ya. Jangan bilang ke semua orang juga,” pintanya memelas.

Gadis yang hari itu memakai batik menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. “Sumpah gue masih speechless, kok bisa sih lo kayak gitu, Ra? Kenapa harus bohongin banyak orang?”

Semua cerita dari awal saat bertemu kembali dengan Malik hingga alasan kebohongannya keluar dari mulut Aira, gadis itu juga merasa tersiksa menyimpan ini semua sendiri. Tapi terlalu takut untuk mengungkapkan. Beruntungnya, Yuna tidak menghakimi Aira, ia dengan sabar mencoba mendengarkan semua sampai selesai dengan kepala dingin.

“Gue nggak ada pilihan lain, Yun.”

Tangan Yuna mengusap bahu Aira pelan. “Gue paham posisi lo, Ra. Gue bisa aja buat tutup mulut soal ini. Tapi lo juga harus inget, nggak ada kebohongan yang bakal tertutupi selamanya.”

“Terus gue harus apa sekarang? Gue bingung harus jelasin dari mana? Gue nggak mau Kak Saka marah atau kecewa sama gue, Yun. Gue takut.”

“Kalo lo takut terus-terusan kayak gini, emang lo mau Kak Saka tau kebohongan ini dari orang lain, yang ada dia malah lebih kecewa sama lo, Ra. Jangan terlalu lama menunda-nunda, sebelum semuanya semakin rumit.”

Wejangan dari Yuna itu benar-benar menampar Aira, rasa takut untuk mengungkap kebohongannya kepada karena takut laki-laki itu kecewa, perlahan berganti menjadi rasa takut suaminya akan pergi meninggalkannya.

Dari dalam tasnya, Aira mengambil cincin pernikahan berwarna putih itu dan mengenakannya kembali. “Besok gue bakal jelasin semuanya ke Kak Saka.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
8,2 Detik [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang