Sepulang dari Puncak, Aira dan Saka semakin dekat satu sama lain. Seperti pasangan suami istri pada umumnya. Saka yang selalu perhatian kepada Aira, sering bertukar kabar ketika berjauhan dan menanyakan apakah ada sesuatu yang istrinya inginkan saat ia akan pulang ke rumah.
Sedangkan Aira memainkan perannya juga sebagai istri, ia mencoba untuk bangun pagi sekarang walaupun pagi yang dimaksud adalah pukul tujuh tapi setidaknya lebih pagi dari biasanya, gadis itu akan menyiapkan kopi untuk Saka dan menemaninya sarapan, lalu sembari menunggu Saka pulang dari kantor, Aira memanfaatkan waktunya untuk belajar masak bersama Yeni atau merawat taman yang berada di belakang rumah.
Ketika keduanya sudah sama-sama berada di rumah, mereka menghabiskan waktu untuk berbincang-bincang sembari menikmati teh di sore hari atau saat menjelang tidur mereka saling bertukar cerita.
Kurang lebih seperti itu rutinitas pasangan suami istri yang memasuki waktu hampir satu bulan pernikahan. Semua mulai terasa damai nan tenteram. Mungkin beberapa kali mereka berselisih pendapat, namun masih dalam tahap wajar. Mereka masih bisa melewati itu semua sejauh ini.
Di siang hari yang begitu terik, Aira memiliki janji untuk reuni dadakan dengan teman-teman masa SMP-nya, termasuk Yuna. Dia sudah meminta izin kepada Saka, awalnya laki-laki itu menawarkan diri untuk mengantarkan tapi Aira menolak dan lebih memilih pergi bersama Yuna karena yang menghadiri reuni ini semuanya perempuan.
"Bentar, Na. Kita kudu touch up dulu sebelum ketemu gengnya Bella," ujar Yuna sambil mengulas lipstick merah merona ke bibirnya hingga menyala.
Aira meminta lipstick Yuna dan ikut memakainya. "Dih mereka dateng? Kok nggak bilang-bilang di group?"
"Tiba-tiba dateng dia kata Farah, padahal sebelumnya gue udah bilang kalo ada Mak Lampir itu kita nggak bakalan dateng. Taunya dia baru ngechat gue kalo gengnya Bella dateng."
"Mau balik juga tanggung udah disini. Ntar bodo amat aja lah, anggep aja mereka nggak ada."
Yuna dan Aira turun dari mobil matic merah, mereka berjalan beriringan menuju kafe yang terletak di seberang jalan. Keduanya saling melirik satu sama lain sebelum akhirnya mendorong pintu untuk masuk ke dalam.
"Eh Yuna sama Aira udah dateng, duduk sini yuk!" Teriak gadis berambut cokelat itu.
Aira dan Yuna tersenyum palsu dan mengangguk. Gadis yang paling mereka hindari justru meminta untuk duduk bersebelahan. Tapi ingin menolak pun, memang tidak ada tempat kosong lagi selain disana karena memang Aira dan Yuna datang cukup terlambat.
"Nggak berubah ya dari dulu poni lo, Yun," ujar Bella, kemudian melirik gadis disebelahnya. "Lo juga, Ra. Masih sama dari dulu, sama-sama bantet."
Bella dan gengnya langsung tertawa, sementara yang lain terdiam canggung. Aira balas menatap Bella sengit.
"Lo juga nggak berubah dari dulu, tetep kayak sampah mulutnya," jawab Aira kemudian tertawa remeh. "Ups, lo tau kan gue cuma bercanda hehe. Canda sampah."
KAMU SEDANG MEMBACA
8,2 Detik [COMPLETE]
FanfictionAira tidak menyangka karena sebuah insiden, sahabat dari kakaknya menyatakan perasaan kepada dirinya secara tiba-tiba. Aira tentu tidak gila, mereka bahkan baru berkenalan baru beberapa jam yang lalu. Tentu Aira menolaknya dengan berbagai alasan. "K...