Pantulan sinar matahari mengusik ketenangan tidur Saka. Laki-laki itu mengerjap satu kali perlahan-lahan membuka mata. Ia melirik tangan kanannya yang kebas karena dipakai bantalan tidur oleh Aira. Senyum terbit di bibir Saka melihat gadis—ah tidak lebih tepatnya wanita yang kini hanya memakai kemeja putih kebesaran miliknya itu tertidur pulas seperti seorang bayi.Tanpa melunturkan senyuman, Saka memandangi detail tiap inci wajah istrinya yang terlihat berbeda, pagi hari ini kecantikannya bertambah berkali-kali lipat hingga menyihir Saka untuk enggan berhenti memuji. Dengan ragu-ragu Saka mengangkat tangannya, membelai rambut Aira lembut tak ingin menganggu tidurnya.
Kening Aira berkerut merasakan sinar mata hari yang menyilaukan, matanya perlahan terbuka. Melihat itu Saka langsung menutupi wajah Aira menggunakan telapak tangannya yang besar.
Aira tersenyum geli melihatnya, kemudia dia mendongakkan kepala melihat Saka yang juga menatapnya. "Udah dari tadi ya bangunnya," tebak Aira di balas anggukan oleh Saka. "Kok nggak bangunin aku?"
"Kamu keliatan masih lelah, saya nggak tega bangunin kamu." Saka mencium kening Aira lembut, lalu menarik tubuh wanita itu kedalam dekapannya. Tangan besarnya menepuk-nepuk punggung Aira pelan. "Tidur lagi aja, kamu baru tidur empat jam."
Seketika pipi Aira memanas mengingat kegiatan mereka semalam. Dia menyembunyikan wajahnya dibalik dada polos Saka. Sementara suaminya itu hanya terkekeh melihat tingkahnya yang malu-malu.
"Kamu nggak kerja?"
Saka menggeleng. "Sekarang kan hari sabtu, Ra. Jadi hari ini sama besok libur, kenapa emangnya?"
"Nggak apa-apa, nanya aja. Oh ya, kamu selama ini nggak kerja apa gimana? Kata Jeff kamu nggak pergi ke kantor? Masa iya berhari-hari cuma di rumah ini, emang sebenarnya ini rumah punya siapa?"
"Saya kerja tapi dari rumah hehe. Ini rumah saya, cuma emang jarang ditempatin aja." Tangan Saka memainkan rambut halus milik Aira, dia sebenarnya ragu-ragu untuk bertanya tapi dia terus memikirkan ini sejak kemarin. "Ehm, Ra...soal kerjaan. Kamu masih kerja di tempat Malik?" tanyanya ragu-ragu.
Terjadi keheningan untuk seperkian menit, sebelum akhirnya Aira menggeleng mantap. "Aku udah mengundurkan diri. Tepat di hari kamu pergi, waktu itu sebenernya aku udah rencana buat ngasih tau kamu tentang semuanya. Tapi udah telanjur kayak gini." Helaan napas keluar dari bibir Aira.
"Emang sebenarnya apa yang terjadi? Apa alasan kamu ngebohongin saya? Kalau cuma urusan diterima kerja, kamu bisa minta tolong saya."
"Apa pun alasanku, tetep aja itu kebohongan yang aku sendiri tau itu nggak bisa dibenerin. Tapi, yang mau aku lurusin, pertama aku bohong bukan karena Kak Malik tapi emang aku butuh tempat kerja yang bonafide kayak gitu, susah banget buat nyari perusahaan besar yang mau nerima fresh graduate kayak aku. Kedua, aku pengen punya penghasilan sendiri, aku mau kasih bukti ke orang-orang yang udah rendahin aku dan ketiga, aku pengen itu semua karena kemampuanku sendiri bukan bantuan dari siapapun...yah walaupun akhirnya tetep salah juga sih jalan yang kuambil."
KAMU SEDANG MEMBACA
8,2 Detik [COMPLETE]
FanfictionAira tidak menyangka karena sebuah insiden, sahabat dari kakaknya menyatakan perasaan kepada dirinya secara tiba-tiba. Aira tentu tidak gila, mereka bahkan baru berkenalan baru beberapa jam yang lalu. Tentu Aira menolaknya dengan berbagai alasan. "K...