"Aira, ada telepon," teriak Saka dari luar kamar mandi. Namun, istrinya itu tidak mendengar, Saka pun mengetuk pintu sedikit keras. "Ra, Mama telepon."
"Hah? Angkat aja dulu, aku abis ini selesai."
Saka mengangguk dan mengangkat telepon dari mertuanya.
"Halo, Ma."
"Halo, loh ini Saka? Aira ke mana?"
"Iya ini Airanya masih mandi. Ada apa, Ma? Nanti biar Saka yang sampein ke Aira."
"Haikal kecelakaan."
"Astaga, kok bisa. Terus sekarang gimana keadaannya?"
"Ini Mama sama Papa lagi di rumah sakit, kondisinya lumayan parah, Sak. Kata dokter harus di operasi. Tolong bilangin Aira ya, maaf banget kalau ganggu liburan kalian. Tapi, Mama berharap kalian bisa pulang secepetnya."
"Jangan ngomong gitu, Ma. Musibah nggak ada yang tau. Nanti Saka sampein kok dan setelah ini langsung balik ke Jakarta."
Setelah sambungan telepon di matikan, Saka langsung melihat obrolan group mereka yang sudah ramai membahas Haikal. Bersamaan dengan itu terdengar suara decitan pintu terbuka.
"Mana teleponnya? Lho udah selesai." Aira menghampiri Saka sambil mengusap-usap rambutnya yang basah. "Mama telepon kenapa tadi?"
"Kita balik ke Jakarta sekarang ya."
"Lho kenapa tiba-tiba balik? Kita sampe minggu kan di sini?"
Saka menarik Aira untuk duduk di ranjang, dia menggenggam tangan istrinya pelan. "Bang Haikal kecelakaan, dia harus di operasi, Ra."
"A-apa?" Aira menatap Saka tidak percaya. Matanya langsung berair. "Nggak lucu, kamu mau surprisein aku lagi ya?"
Saka tau pasti akan seperti ini, ia pun segera menarik Aira ke dalam rengkuhannya, menenangkan wanita itu yang mulai menangis. "Everything gonna be okay, saya bakal ada di samping kamu. kita balik sekarang ya."
Aira mengangguk patuh sambil terus terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
8,2 Detik [COMPLETE]
FanfictionAira tidak menyangka karena sebuah insiden, sahabat dari kakaknya menyatakan perasaan kepada dirinya secara tiba-tiba. Aira tentu tidak gila, mereka bahkan baru berkenalan baru beberapa jam yang lalu. Tentu Aira menolaknya dengan berbagai alasan. "K...