Clara tergopoh-gopoh berlari menuju mobil, entah mengapa sejak kejadian Aira terjatuh ke kolam ia selalu diliputi rasa panik dan merasa seperti sedang diintai. Walaupun sudah berkali-kali ia berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja, tapi Clara masih tidak tenang.Wanita itu melempar tas ke mobil dan mendudukkan dirinya di kemudi. Dia menggigiti kuku sembari melirik kanan-kiri merasa was-was. Keringat basah mengalir di keningnya.
"Nggak...aku nggak salah," ujar Clara berkali-kali seolah meyakinkan diri sendiri. "Dia memang pantas."
Mantra itu terus ia gumamkan, tapi kegelisahan dalam hatinya tak kunjung sirna. Terlebih saat mendengar ancaman Saka yang mulai mencurigainya. Clara benar-benar takut jika Saka menemukan bukti bahwa dirinya adalah pelaku dibalik semua ini. Laki-laki itu pasti akan membencinya.
"Aku harus cari cara buat nutupin ini semua," ujar Clara lirih sembari terus menggigit kukunya. Tak lama, gerakan wanita itu berhenti saat sebuah ide melintas dalam pikirannya.
Benar, Clara hanya perlu mengambil rekaman cctv itu dari Wirautama setelah itu menghilangkannya agar tidak pernah sampai di tangan Saka. Dengan begitu tidak ada bukti kuat bahwa dia adalah pelakunya.
Clara menyalakan mesin mobil dan segera menuju kediaman Wirautama. Dalam hati Clara merasa sedikit senang, sepertinya kali ini semua akan berjalan lancar. Mengingat Wirautama kemarin menutupi fakta bahwa ia adalah orang yang mendorong Aira. Kali ini laki-laki tua itu pasti akan ada dipihaknya, 'kan?
Kurang lebih setengah jam, mobil Clara sampai di rumah mewah milik Wirautama. Tanpa berlama-lama, Clara segera turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Clara mengabaikan beberapa maid yang membungkuk sopan atas kehadirannya.
"Di mana Kakek?" Tanya Clara.
"Tuan sedang berada di ruang kerja, Nona."
Segera kaki jenjang itu melangkah menuju ruangan yang sudah ia ketahui. Clara mengetuk pintu tiga kali, sebelum suara khas itu menjawab dari dalam menyuruhnya untuk masuk. Clara menghampiri Wirautama yang sedang duduk dan tengah melihat sesuatu dari balik layar laptop.
"Ada apa, Clara?" Tanya Wirautama.
"Aku mau bicara penting sama Kakek," jawab Clara, kemudian melirik Wirautama sebentar ragu-ragu sebelum melanjutkan kembali. "Tentang kejadian kemarin."
Laki-laki tua itu memutar laptopnya menghadap Clara sehingga wanita itu dengan jelas bisa melihat rekaman video saat ia mendorong tubuh Aira ke kolam. Seketika Clara lemas karena bukti itu benar-benar ada.
"Kamu ingin membahas tentang ini?" Wirautama mengembalikan posisi awal laptopnya dan terlihat menekan sesuatu entah apa.
"A-aku nggak sengaja ngelakuin itu, Kek. Serius!" Clara menyatukan kedua tangannya seperti memohon. "Tolong jangan biarin Saka tau, tolong Kakek tutupin masalah ini sama seperti kemarin. Aku nggak mau Saka benci sama aku. Kakek sendiri 'kan yang bilang kalau suatu saat aku akan menikah sama Saka. Kalau dia tau semua ini, bisa-bisa dia nggak akan biarin aku hidup. Jadi...Clara mohon, jangan kasih rekaman cctv ini ke Saka," sambungnya sambil menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
8,2 Detik [COMPLETE]
FanficAira tidak menyangka karena sebuah insiden, sahabat dari kakaknya menyatakan perasaan kepada dirinya secara tiba-tiba. Aira tentu tidak gila, mereka bahkan baru berkenalan baru beberapa jam yang lalu. Tentu Aira menolaknya dengan berbagai alasan. "K...