"Barangnya semua udah diturunin?" tanya Saka kepada supirnya dan dibalas anggukan.
Mereka kini sudah berada di rumah keluarga Aira. Sepulang dari menjemput Haikal yang akhirnya bisa meninggalkan rumah sakit setelah dirawat selama dua minggu. Kondisi Haikal sudah sangat membaik. Namun, untuk pelaku yang menabraknya masih sulit ditemukan karena Haikal sendiri juga tidak ingat nomor plat mobil pelaku.
Aira sendiri meminta izin kepada Saka untuk menginap dirumah keluarganya dan disetujui oleh laki-laki itu. Jadilah mereka membawa beberapa pakaian, lebih tepatnya Saka yang menyiapkan pakaian untuk bekerja besok.
"Mama nggak usah masak, biar Aira pesen makanan aja," ujar Aira saat melihat Mama Irene langsung berjalan menuju dapur setelah sampai di rumah.
"Ini Mama mau masak nasi, kamu beli lauknya aja. Beli yang berkuah, Ra, buat Haikal. Sama suami kamu tuh tanyain mau makan apa."
Aira berjalan mendekati sang Mama dan menghentikan aktivitasnya menuang beras. "Mama istirahat aja, biar Aira yang masak nasi. Mama pasti capek."
Seketika Mama Irene takjub memandang anak bungsunya terkagum-kagum. "Ya ampun, anak Mama sekarang udah bisa masak nasi," pekiknya senang.
"Kalo sekarang disuruh bikin tumpeng, Aira juga udah bisa," jawabnya sambil memutar bola mata kesal.
"Berasnya kalau lima gelas, airnya juga lima gelas. Tambahin dikit juga nggak apa-apa, terus nanti kasih daun pandan biar makin wangi."
"Iya, siap! Sekarang Mama ke kamar aja istirahat, lurusin kaki dulu."
Selepas kepergian Mama, Aira dengan cekatan memasak nasi. Sesudahnya ia memesan makanan sop iga untuk Haikal serta orang rumah lainnya.
Selesai dengan kegiatannya, Aira melangkah menuju kamarnya. Di sana sudah ada Saka yang sedang duduk diatas ranjang sembari memainkan gawainya, terlihat sangat fokus.
"Serius banget sih," ujar Aira kemudian mengambil tempat duduk di sebelah Saka. Sedikit mencuri pandang kearah gawai suaminya. "Ya ampun, ternyata lagi main game. Kirain ngurus kerjaan."
"Yes!" teriak Saka saat berhasil mendapatkan kemenangan kesekian kalinya. Saka menurunkan gawainya dan menoleh ke samping, seketika ia terkejut melihat Aira bersedekap tangan kearahnya. "Aira? Sejak kapan kamu di sini?" tanyanya bingung.
"Oh gitu, ya. Main game sampe nggak nyadar kalo aku masuk."
Saka hanya menyengir karena tidak tau harus menjawab apa karena itu memang benar.
"Kamu mau makan apa? Tadi aku pesen sop iga."
"Samain aja, Ra."
Aira menganggukan kepala, lalu melirik Saka sekilas. "Ya udah, sana lanjutin aja main gamenya."
KAMU SEDANG MEMBACA
8,2 Detik [COMPLETE]
FanficAira tidak menyangka karena sebuah insiden, sahabat dari kakaknya menyatakan perasaan kepada dirinya secara tiba-tiba. Aira tentu tidak gila, mereka bahkan baru berkenalan baru beberapa jam yang lalu. Tentu Aira menolaknya dengan berbagai alasan. "K...