part 4

7.9K 255 2
                                    

Rea sedang menyusun kembali baju-bajunya berdampingan dengan baju-baju Elang yang lain, di lemari kamar. Satu-satunya kamar yang berada di flat ini, kamarnya tidak terlalu luas tapi tidak bisa juga dikatakan kecil, hanya diisi tempat tidur berukuran sedang, lemari besar dan juga meja rias yang baru di beli oleh Elang kemarin katanya, juga ada kamar mandi kecil didalam kamar. Tidak terlalu buruk batin Rea

Rea tadi sempat ragu, saat Elang mengatakan bahwa kamar ini akan ditempati oleh Rea dan Elang akan tidur di sofa ruang tamu, dia menolak tetapi lagi-lagi Elang mampu meyakinkannya.

Dan disini lah dia sekarang setelah Elang berpamitan karena ada urusan mendadak di kantor. Menyibukkan diri dengan merapikan seluruh flat,
Menyusun barang-barang dan pakaian yang dibawanya dari panti. Wajahnya bersinar oleh kebahagiaan, mengingat bahwa dia akan tinggal dengan Elang, dan dia sudah tidak sabar melewati harinya bersama Elang.

Saat Rea sudah merapikan serta membersihkan apartemen Elang dan berinisiatif untuk memasak makan malam buat mereka berdua, tapi kemudian dia teringat kulkas Elang kosong dan tadi saat dari panti mereka belum sempat belanja juga, karena tadi saat sedang ngambil barang Rea dari panti, tiba-tiba handphone Elang bunyi berulang kali. Awalnya saat Elang melihat nama yang menghubunginya, dia mengabaikannya, tetapi hanphone Elang berbunyi berkali-kali membuat Rea terganggu. Sampai akhirnya Rea hilang kesabaran dan meminta Elang untuk mengangkat telfon, siapa tau ada yang penting.

Dengan berat hati akhirnya Elang berpamitan keluar untuk menjawab panggilan telfon. Keanehan Elang sudah terlihat sejak dari menjawab telfon tidak sabaran itu, dia juga kelihatan tidak fokus.
Dan setelah Elang mengantarnya kembali ke apart, Elang buru-buru pergi, katanya ada urusan mendesak. Rea sempat mengernyit, urusan apa hingga membuat Elang kelihatan panik, kalang kabut begitu, tapi Rea dengan segera membuang fikiran negatif itu, dia harus percaya kepada Elang.

***
Sudah pukul sebelas malam tetapi Elang belum pulang juga, Rea sedari tadi sudah mencoba menghubungi tetapi nomornya tidak aktif. Sekarang Rea panik, tidak tau harus berbuat apa, apa yang terjadi dengan Elang? Kenapa dia belum pulang. Mencoba bersabar sebentar lagi, duduk di sofa dengan kaki mengetuk-ngetuk lantai, tangan saling meremas, hal yang selalu dilakukan Rea secara tidak sadar saat sedang panik.

Saat bunyi klik dari pintu terdengar Rea melompat dari sofa berjalan cepat dengan dada sesak, mata memerah serta pandangan yang sudah mengabur, menuju sumber suara. Saat dia melihat Elang berdiri disana dengan tampilan berantakan kemeja birunya sudah dikeluarkan dari celana dan kusut, kancing teratas terbuka dan rambut Elang berantakan, membuat Rea sempat terdiam kaku tidak mengerti dengan respon tubuhnya seharusnya dia memeluk Elang seperti biasanya, mencerca dengan berbagai pertanyaan kemana saja lelaki itu, tetapi saat melihat Elang dengan tampilan yang membingungkan berdiri didepannya. Dia tidak bisa melanjutkan langkahnya, tidak sanggup mendekap tubuh tegap yang seperti kelelahan itu, Rea merasa ada yang salah dengan tatapan Elang kepadanya.

Menggelengkan kepala sekilas, akhirnya Rea melanjutkan langkahnya menuju Elang yang berdiri kaku seolah linglung.

"abang?" panggil Rea hati-hati.

Berdehem sekilas sembari memulas senyum tipis "kamu belum tidur?"

"aku nungguin abang"

Elang menarik tubuh Rea kedalam pelukannya, berjalan dengan Rea dalam dekapannya "udah malem banget, anak gadis gak boleh tidur lewat dari jam sepuluh"

"tapi aku gak bisa tidur, aku khawatir sama abang"

Menuntun Rea untuk duduk di sofa, Elang kembali berucap "yaudah kamu tunggu disini, atau dikamar, abang mandi dulu sebentar, badan abang udah lengket banget ini"

Tbc

Faded (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang