Happy Reading❤️
***
Elang bekerja bagi robot selama beberap hari ini yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana agar pekerjaannya segera selesai dan ia bertemu dengan Rea. Wanita itu tidak mengangkat panggilannya sudah berapa puluh kali ia menghubungi dan mengirim pesan, tidak ada satupun yang dijawab semenjak pembicaraan mereka tiga hari lalu. Ia tidak bisa kalau begini terus, tanpa memikirkan apapun ia bertekat harus menyelesaikan pekerjaannya hari ini. Hari ini juga ia harus bertemu dengan wanita itu dan membicarakan masalah ini, kalau tidak ingin sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi. Karena Elang sudah dibatas ambang kesabarannya, ia tidak bisa kalau hal seperti ini harus berlanjut untuk beberapa hari kedepan, ia bener-bener bisa gila.Meeting pagi ini dia sudah berusaha semaksimal mungkin tetapi sungguh tidak bisa fokus,Rea mengambil semua fokusnya. Menyelesaikan meeting sesegera mungkin tanpa tahu inti dari pembicaraan itu. Ia melangkah dengan langkah terburu-buru kekamar dan langsung mencantolkan ranselnya yang sudah di packing dari tiga hari lalu. Sungguh hanya raganya yang berada disini sekarang. Lalu turun kelantai satu untuk menyerahkan kunci kamarnya ke resepsionis hotel. Saat akan keluar lobi seseorang memanggilnya, ia berbalik badan menemukan Sandra berdiri tidak jauh darinya dan menatapnya dari atas kebawah menilai.
"Lang kamu mau kemana?" Tanya wanita itu kemudian, setelah terdiam cukup lama menatap penampilannya.
"Maaf bu saya harus pulang saat ini juga, pekerjaan saya juga sudah selesai semua kok" ia mencoba menjawab dengan sopan.
Sandra mendekat walaupun ekspresinya masih kelihatan bingung dan seperti tidak percaya "Ihh jangan terlalu formal begitu lang" kemudian menepuk pelan lengan atas Elang lalu mengelusnya kebawah.
Elang sontak mundur menyebabkan tangan Sandra yang tadi masih mengelus lengan atasnya kebawah terlepas. "Saya buru-buru. Duluan ya bu" tidak ingin melihat ekspresi wanita itu ia segera membalikkan badannya untuk meninggalkan tempat ini. Yang ada dipikirannya sekarang adalah, cara apa lagi yang harus ia lakukan untuk meyakinkan Rea dan mempercayainya kembali.
"Elang..." Sandra menahan lagi "kamu tidak ikut merayakan keberhasilan proyek kita hari ini? Kamu yang paling berperan penting dalam keberhasilan proyek ini" wanita itu mengucapkan dengan lantang dan penuh penekanan disetiap kalimat untuk menahan Elang.
"Maaf bu saya tidak bisa, ada urusan penting" Elang tidak mempedulikan apapun saat ini.
"Urusan penting apasih yang bikin kamu tidak profesional begini!" Wanita itu mulai naik pitam, ia meninggikan nada suaranya.
***
Elang baru sampai dibandara dan segera menyusul Rea ke kampus wanita itu dengan penampilan yang berantakan ia masih mengenakan kemejanya tadi pagi saat meeting.
Dengan perdebatan panjang dengan Sandra tadi, ia tetap memutuskan untuk pulang hari ini juga dan disini lah dirinya sekarang.Badannya sebenarnya sangat lelah, kurang tidur hampir satu bulan, makan juga tidak teratur. Begini lah dirinya setiap kerja diluar kota, karena yang selalu ada dipikirannya adalah bagaimana caranya agar pekerjaannya cepat selesai dan ia segera pulang kepelukan Rea. Ditambah beberapa hari wanita itu tidak dapat dihubungi, makin membuatnya tidak karuan dalam bekerja.
Menghembuskan napas lega Sesampainya didepan gerbang kampus Rea. Ia akan keluar saat dari kaca mobil ia menyaksikan pemandangan yang menyakitkan. Rea sedang dipeluk oleh pria lain, dadanya terasa terbakar. Tangannya mengepal dan rahangnya menegang, ia tidak sanggup melihat pemandangan yang seperti ini. Dengan tatapan tajam yang memerah ia tidak dapat mengontrol emosinya, keluar dari mobil dengan bantingan keras dipintu.
"Lancang kamu menyentuhnya!" Suaranya lantang menggelegar, orang-orang menatapanya kaget sekaligus penasaran, tetapi ia tidak peduli.Dua orang berbeda jenis kelamin yang sedang berpelukan itu juga kaget mendengar suaranya dan kemudian saling melepaskan diri. Ia benci ini, Elang ingin menghancurkan sesuatu saat ini, tangannya mengepal, rahangnya menegang. Ingin rasanya ia menghabisi pemuda ingusan yang menatapnya dengan tatapan mencemooh itu. Pandangannya beralih ke wanita yang sangat dirindukannya itu, ia kecewa dan ingin marah tetapi tidak sanggup.
"Rea sini" ia melembutkan nadanya saat menyebutkan nama wanita itu. "lepaskan tangan kamu dari tubuh pria itu!" Elang melangkah dengan langkah terburu-buru napasnya terasa sesak, ia tidak menyukai perasaan ini.Ia menarik kasar tangan wanita itu, menyentuh kedua bahunya. Kemudian menyesal saat berperilaku kasar kewanita itu, ia tidak dapat mengontrol kecemburuannya."Tolong jangan balas abang dengan cara ini"
Rea yang sempat terpaku akan kedatangan Elang yang tiba-tiba dihadapannya, kemudian tersadar saat merasakan tarikan ditangannya.
"Aku tidak sedang membalas siapa-siapa" jawab Rea cuek, ia membuang pandangannya."Rea dengarkan abang" Elang menyentuh kedua bahu wanita itu dan menyatukan kening mereka. Ia menatap manik Rea yang menantangnya, saat kerinduan sudah tidak terbendung lagi pria itu memajukan wajahnya untuk mencium Rea. Tetapi suara seseorang menarik atensi Rea dan beralih menghindari ciumannya.
"Ayo Rea" Adit menyentuh telapak tangan Rea, mengajaknya pergi untuk meninggalkan Elang.
Elang menutup matanya guna mencari sisa-sisa kesabaran yang mungkin masih dia miliki. Ia belum melepaskan wanita yang sudah mengalihkan pandangannya kearah lain. Tidak ingin kalah ia mengecup lembut telinga wanita itu. "Sayang ayo pulang, abang kangen"
Rea tiba-tiba terlepas dari dekapannya, dengan panik ia mencoba untuk mendekap wanita itu lagi. Tetapi pria asing yang tadi bersama wanitanya, menjauhkan Rea dari hadapannya dan beraninya pria itu menyentuh kulit wanitanya. Tatapannya membara ditangan pria asing yang menggenggam pergelengan tangan Rea.
"Lepaskan dia brengsek! Apa kamu tuli?" Elang menangkap pergelangan tangan pria itu lalu mengehempaskannya kasar. "Jangan berani-beraninya kamu menyentuh Rea. Dia milik saya!" Elang menekankan setiap kalimatnya menatap tajam pria itu. Ingin menghajar tetapi takut Rea akan semakin membencinya."Tapi Rea tidak mau berbicara dengan anda"
Menghela napas kasar, ia mengacak rambutnya frustasi. Kemudian menatap tepat dimanik pria asing itu. "Tolong tinggalkan kami, biar kami menyelesaikan masalah ini berdua" lalu beralih menatap manik Rea dalam
"Rea tidak butuh siapapun dia sudah memiliki saya" ia mendekat kemudian menyentuh dengan lembut telapak tangan wanita itu, membawanya kebibirnya untuk dikecup.Ia menarik wanita itu bersamanya menuju mobil, saat sudah duduk berdampingan didalam mobil Elang menunduk meremas kemudi mencoba melampiaskan amarahnya. Tetapi tiba-tiba suara Rea kembali membangkitkan bara amarah dalam dirinya.
"Sepertinya aku tidak bisa melanjutkan ini?" Wanita itu mengucapkan omong kosong.
Elang tidak menjawab, ia seolah tuli. Memutuskan untuk meninggalkan kampus Rea yang sudah menjadi saksi drama percintaan mereka. Ia mengemudi dalam diam tetapi kedutan dirahang dan tangannya yang mengepal dikemudi menunjukkan bahwa pria itu masih sangat marah.
"Aku gak bisa melanjutkan ini bang. Aku ingin selesai dengan hubungan kita ini" lagi-lagi Rea memantik api amarah dalam diri Elang. Gigi pria itu bergemelatuk, tetapi ia tidak bisa melampiaskan amarahnya. Akibatnya air matanya jatuh melewati pipi dan dengan segera ia menyekanya cepat, ia tidak boleh lemah.
"Rea... tolong berhenti, aku sedang menyetir!" Menekankan setiap kalimat, berharap wanita itu mengerti dan menahan diri. Ia sungguh tidak akan sanggup lagi jika mendengarkan omong kosong itu dari mulut wanitanya. Elang pasti akan kehilangan kendali akan dirinya sendiri.
***
TbcMendekati ending semoga ide semakin lancar, biar bisa update lebih cepet lagi...

KAMU SEDANG MEMBACA
Faded (END)
Romance21+ Rea dan Elang adalah korban dari orang tua yang tidak bertanggung jawab. Tinggal dipanti asuhan sedari kecil membuat Rea yang tertutup dan pendiam menggantungkan segala kepercayaannya kepada Elang. Pria yang mementingkan Rea diatas segalanya, se...