Happy Reading❤️
Elang menghubungi Rea sudah lebih dari sepuluh kali, tetapi wanita itu tidak menjawab panggilannya. Ada dimana sih? masih sibuk dengan ponsel sembari memasukkan sembarang pakaian yang akan dibawanya pulang ke dalam ransel. Sebenarnya dia mengambil libur seminggu karena sudah sangat merindukan Rea. Dan sekarang tiba-tiba perasaannya tidak enak, entah kenapa sejak tadi pagi dia sudah merasa ada yg tidak beres.
Dengan tergesa dan sembarangan ia memasukkan beberapa barang yang akan ia bawa pulang juga beberapa oleh-oleh untuk Rea. Setelah selesai membereskan bawaannya ia menghempaskan bokongnya diatas ranjang kemudian menghubungi nomor wanita itu dan sekarang panggilannya ditolak. Dengan kesal ia mengetikkan pesan
Tidak lucu Rea, kenapa kamu menolak panggilanku. Jawab telfonnya sekarang!
Kemudian mengirimnya, Elang beranggapan bahwa wanita itu sedang ngambek sekarang. Ia harus segera pulang agar masalah ini tidak berlarut-larut, dia tidak bisa kalo didiamkan terus begini.
Rea? Kamu marah?
Abang ada buat kesalahan ya?Elang mengirim pesan lagi setelah pesannya yang dikirim tadi sama sekali tidak dibaca. Kalau hanya sekedar ngambek wanita itu tidak akan seperti ini dia pasti akan membalas pesannya walaupun hanya balasan singkat. Kalau sudah seperti ini pasti ada hal yang tidak beres, membuatnya marah atau terjadi sesuatu dengan Rea. Merapikan bawaannya dengan cemas ia beranjak dari kamar hotel untuk mencari taxi. Ia harus segera sampai di rumah jika tidak ia akan uring-uringan sepanjang hari.
***
Rea merasa bersukur tidak berbagi kamar kosan dengan Mika karena pada saat seperti ini dia tidak ingin temannya itu melihatnya semenyedihkan ini. Ia butuh sendirian meratapi nasipnya yang menyedihkan. Masih mengenakan baju putih hitam dari kantor tadi, ia bahkan tidak mempunyai tenaga untuk sekedar menggerakkan tangannya, apalagi harus mandi dan berganti pakaian. Dari tadi ponselnya juga bunyi tetapi tenaganya seperti terkuras habis. Dia yakin itu adalah Elang namun hanya dengan mengingat namanya saja sudah membuatnya mual.Meringkuk seperti janin di kamarnya perlahan Rea terlelap setelah kelelahan menangis. Langit sudah gelap saat Rea mendengar sayup-sayup suara keras seorang pria memanggil namanya. Ia tersentak bangun mendengar suara gedoran pintu yang terus menerus. Berusaha membuka kelopak matanya yang terasa berat. Lalu ia mendengar suara marah Elang yang memanggil-manggil namanya.
"Rea! Buka pintunya" disusul dengan gedoran pintu, ia dapat melihat bawah pjntu itu bergetar saking kuatnya digedor dari luar.
"Kamu didalem kan?!" Terdengar lagi suara tidak sabaran itu.
Lalu sayup-sayup ia mendengar suara seorang wanita. "Bang Elang?" Itu sepertinya suara Mika. "Abang sudah pulang? Bukannya masih sebulan lagi ya?"
"Kamu ada lihat Rea seharian ini?" Buakannya menjawab pertanyaan itu, Elang malah bertanya balik.
"Iya... kami tadi ketemu dikantor, tapi Rea balik duluan katanya ada urusan"
"Dia sudah balik kekosan?" Mengerutkan kening, ia melihat jam tangannya.
"Seharuanya sih sudah bang, ini kan sudah jam 12 malem. Mungkin dia lagi tidur, abang bisa datang lagi aja besok pagi" usul Mika yang membuat Rea menghela nafas lega.
"Gak bisa, harus ketemu hari ini juga" Elang tidak setuju.
Tidak berselang lama Elang kembali mengedor pintu itu tidak sabaran.
"Bang gak enak sama yang lain ini udah tengah malem" bisik Mika dengan ekspresi meringis sembari melihat kamar kosan yang lain.
Tidak mempedulikan peremohan itu, Elang memanggil nama Rea kembali hinga kemudian pintu itu terbuka. Rea muncul dari sana dengan penampilan yang berantakan, mata dan bibir wanita itu kelihatan bengkak memerah. Melihat itu Elang tidak langsung merespon dia menoleh kesamping menatap mika "kamu bisa kembali kekamar, ini sudah tengah malem, tidak seharusnya anak gadis tidur lewat jam segini" menasehati Mika yang menatapnya dengan bibir terbuka. Wanita itu Kemudian berbalik sembari bersungut, merutuki sifat Elang yang aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faded (END)
Romance21+ Rea dan Elang adalah korban dari orang tua yang tidak bertanggung jawab. Tinggal dipanti asuhan sedari kecil membuat Rea yang tertutup dan pendiam menggantungkan segala kepercayaannya kepada Elang. Pria yang mementingkan Rea diatas segalanya, se...