Ketahuan?

662 34 1
                                    

Naila berjalan sendiri masuk ke dalam rumah, hati Naila rasanya merasakan kecewa lagi. Padahal baru saja Naila berusaha agar menerima semuanya. Nyatanya Naila kembali lagi jatuh.

Tak membuat Naila harus bersedih, dia menghibur dirinya dengan jalan-jalan mengelilingi rumah. Seketika Naila diam di depan pintu, "Ini pintu apa?" tanya Naila pada dirinya.

Pintu itu selalu tertutup ketika Naila berkunjung ke rumah Bunda, dia membuka gagang pintu dengan perlahan. Tangannya mulai memutar gagang pintu, sekali lagi dia akan berhasil membuka pintu itu. Namun, tertahan karena tangan Naila yang ditepis oleh seseorang.

"Jangan pernah sekalipun kamu buka pintu itu!" bentak Mas Dito, seketika membuat Naila tak berani menatap mata itu. Naila takut kepada Mas Dito yang sedang marah.

Langsung saja dia masuk ke kamarnya dan mengambil tas milik Naila. Dia ingin dengan cepat pulang ke rumah.

"Kamu mau kemana?" tanya Mas Dito yang duduk di ruang keluarga.

"Pulang." Naila langsung bergegas dengan cepat keluar. Tak merespon panggilan dari Dito yang berusaha memanggil Naila.

"Bentar lagi Bunda pulang," ujar Mas Dito, dia bergegas menyusul Naila yang pergi dengan langkah cepat.

"Sa! Jangan kayak anak kecil deh." Dito masih berusaha mengejar Naila yang sudah menyalakan mobilnya.

Namun, Naila masih tetap pada pendiriannya. Dia dengan cepat melajukan mobilnya agar Mas Dito tidak terus menahan Naila.

Terbukti sudah kalau memang Mas Dito memiliki istri pertama, buktinya kamar itu milik perempuan yang bernama Rania. Tak ada perempuan yang rela, Naila tidak tersadar kalau dia menjadi istri kedua. Dia harus bagaimana? Sedangkan Dito selalu diam, tak pernah membahas apapun.

Hingga Naila baru saja sampai di rumah, dia langsung masuk ke dalam kamarnya. Naila menutup seluruh tubuhnya dengan selimut tebal. Tak kuat menerima kenyataan kalau Naila sebagai istri kedua, akhirnya dia menumpahkan tangisnya dengan pecah.

Hingga dia tertidur dengan pulas, tubuhnya tak sekuat biasanya. Naila lelah dengan kehidupan yang membuatnya pusing.

💊💊💊

"Nai, kamu sudah bangun?" tanya Mas Dito ketika Naila baru saja bangun dari tidurnya. Mata Naila terlihat sembab karena sehabis menangis.

"Mas, sejak kapan kamu memiliki dua istri?!" kata Naila begitu merasakan sakit hati. Tak ada kesempatan lagi untuk melanjutkan kehidupan bersama.

"Maksud kamu apa, Sa?" Mas Dito seperti tidak mengerti, nyatanya dia hanya bohong! Padahal Mas Dito mengerti semua yang telah dilakukannya. Buktinya dia selalu transfer uang bulanan kepada Rania sebagai istri pertamanya.

"Aku lelah!" Naila berjalan ke arah balkon, hatinya melemah.

Mas Dito mengikuti langkah Naila di belakangnya.

"Kalau kamu sudah memiliki istri, kenapa harus menikahi aku, Mas?" Namun Mas Dito malah mengamati langkah Naila.

"Aku membaca pesan kalau istri kamu yang bernama Rania meminta transfer uang bulanan, apakah kamu sudah kirim?" tanya Naila, lalu memandang wajah Mas Dito yang terlihat biasa saja.

"Sudah."

"Bentar Sa, ada telepon," lanjut Mas Dito, lalu menerima panggilan dari Wildan.

"Kenapa, Wil?"

"Siska ada di Indonesia."

"Gua udah tahu sejak kemarin lusa."

Jodoh Terbaik (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang