Zahra?

675 29 0
                                    

Pagi yang membuat Naila terburu-buru pergi ke Surabaya. Semalam dia mendapatkan kabar kalau Zahra akan menikah. Pertanyaannya, mengapa saat Zahra akan melangsungkan pernikahan, namun tak memberi kabar kepada Naila? Begitu sangat marah kah Zahra kepada Naila?

Bahkan bulan berganti bulan, Naila masih memikirkan letak kesalahannya kepada Zahra. Perempuan yang menjadi panutan Naila tiba-tiba pergi tanpa kabar, salahnya Naila dimana? Mengapa semuanya membuat Naila sulit?

Naila tidak memberi tahu pada Mas Dito. Dia langsung berangkat ke Bandara agar perjalanannya dipercepat dengan memesan tiket dadakan. Mengapa Mona dikasih tau? Sedangkan Naila yang sudah menjalin persahabatan sejak dulu malah tidak tahu apapun.

Jangankan kabar pernikahan, kabar sehari-hari pun tak didapatkan oleh Naila. Mereka benar-benar lost contact sejak kepergian Zahra. Ada apa dengan Zahra?

"Ra? Kamu kenapa sih?" ucap Naila pada dirinya sendiri, dia menangis hebat di kursi tunggu Bandara. Ingin sekali dengan cepat menemui Zahra dan mempertanyakan semuanya.

"Ra, aku rindu." tangis Naila semakin pecah, membuat Naila melemas dan hanya menyenderkan tubuhnya di kursi.

"Aku rindu semuanya, Ra." Naila semakin menangis dengan diam, hingga berjalan memasuki pesawat yang akan lepas landas dalam hitungan menit lagi.

Naila hanya diam, dia memikirkan Mas Dito juga yang mungkin akan mencari Naila. Namun, Naila tidak ingin merepotkan Mas Dito. Dengan terpaksa pula Naila harus membolos kuliah, padahal semalaman Mas Dito membantu mengetik tugas Naila.

Rasanya percuma saja, tetapi fokus Naila kini hanya ingin bertemu dengan Zahra. "Ra, kamu rindu aku ngga?" tanya Naila pada dirinya sendiri.

Sungguh! Naila ingin dengan cepat bisa bertemu dengan Zahra. "Ra, kamu dimana sih?" kata Naila lagi.

💊💊💊

"Naila Salsabila?" panggil Pak Dito, saat ini dia sedang mengajar di kelas Naila.

Semua orang hanya diam, tidak ada sahutan dari nama pemilik Naila Salsabila. Teman-temannya pun tidak mengetahui alasan kalau Naila tidak masuk kuliah.

"Ada yang tahu Naila kemana?" tanya Pak Dito, semua orang mengatakan tidak. Kecuali Mona yang hanya diam, dia takut sikapnya diketahui oleh Pak Dito.

"Tidak Pak, mungkin sakit." Jawaban dari salah satu teman Naila membuat Pak Dito mengerutkan keningnya heran. Kalau Naila sakit, mengapa pagi-pagi sudah tidak ada di rumah?

Kemana dengan perginya Naila? Setahu Dito kalau Naila berangkat ke kampus, tetapi tak ada keberadaan Naila. Membuat dalam diri Dito memikirkan Naila, bahkan tidak fokus dalam mengajar.

Akhirnya Pak Dito izin duduk dan memainkan handphone. Sudah berusaha puluhan kali Dito menelepon Naila, tetapi jawabannya sedang berada di luar jangkauan.

Pesan yang dikirim melalui whatsapp pun masih ceklis satu, kenapa Naila off data? Tak biasanya perempuan yang sangat dicintai oleh Dito hilang kabar.

"Baiklah, pertemuan hari ini telah selesai. Jangan lupa tugas dikumpulan ketika ada pertemuan dengan saya lagi." Setelah mengucapkan itu, Pak Dito langsung pergi dengan terburu-buru.

"Mona, cepat ke ruangan saya!" suruh Pak Dito.

Mona memaksimalkan sikapnya agar tidak membuat Pak Dito curiga. Sebenarnya Mona tahu atas perginya Naila yang menyusul Zahra. Mona berjalan dengan santai ke dalam ruangan Pak Dito.

"Permisi Pak." Mona mengucapkannya dengan pelan.

"Masuk." perintah dari Pak Dito.

"Mona, apakah kamu tahu keberadaan Naila?" tanya Pak Dito dengan cepat.

"Tidak Pak," jawab Mona dengan santai.

"Mungkin ada di rumah?" tanya balik dari Mona.

"Kalaupun Naila ada di rumah, sudah pastinya saya tahu. Pagi-pagi tadi dia sudah berangkat ke luar rumah. Saya juga sudah menanyakan ke orang tua kami, tetapi Naila tidak ada," jelas Pak Dito, membuat Mona cukup lama terdiam.

"Hmm, sebenarnya Naila pergi ke Surabaya......" kata Mona.

"Hah? Ngapain ke Surabaya?" potong Pak Dito dengan cepat.

"Untuk menyusul Zahra, Pak." Mona hanya mampu menunduk, hingga akhirnya melihat Pak Dito yang berlari dengan cepat keluar ruangan.

💊💊💊

Surabaya, 2021

Naila sudah tiba di Surabaya, rasanya tempat yang asing bagi Naila. Membuat Naila menitikkan air mata ketika impiannya pupus dengan segala kesalahpahaman. Sejak dahulu, Naila dan Zahra memiliki mimpi untuk merantau ke Surabaya.

Namun, nyatanya Zahra meninggalkan Naila seorang diri. Kesepian selalu hadir, membuat Naila rapuh ketika kehilangan seorang sahabat.

"Ra?" kata Naila dengan pelan.

Naila dengan cepat berjalan ke arah luar Bandara, dia mencari taksi untuk dapat membawanya ke alamat rumah Zahra. Naila sudah cukup mengetahui alamat rumah Zahra dari teman-temannya.

Sepanjang perjalanan ditemani oleh tangis, hatinya rapuh ketika mengingat Zahra. Siapkah bila Naila harus bertemu lagi dengan Zahra?

Taksi berhenti di sebuah gedung yang terlihat ramai, Naila rapuh dengan perlahan. Dia keluar dari mobil dengan menopang tubuhnya dengan kuat. "Ra? Begitu marahnya kamu?" ucap Naila pada dirinya sendiri.

"Mohon maaf, Mbak. Apakah ada surat undangan?" tanya seorang wanita di luar gerbang.

"Tidak ada," jawab Naila dengan jujur.

"Mohon maaf, Mbak. Hanya yang punya surat undangan saja yang bisa masuk." Wanita itu menjelaskan kepada Naila.

"Saya sahabatnya mempelai wanita, Mbak." Naila dengan keras kepala memaksa agar bisa masuk ke dalam.

Naila sedikit membuat kericuhan di luar, banyak orang yang menatapnya aneh. Masa bodo dengan itu, terpenting Naila bisa bertemu dengan Zahra.

"Saya panggilkan dulu," ujar wanita tadi, Naila duduk di sebuah kursi.

💊💊💊

Jazakumullah Khairan🙏

Terima kasih yang sudah membaca, jangan lupa vote and coment👌 Maaf kalau pendek hehe🙏

Salam Sayang💜
Ermawati

#Sabtu
#27Februari2021
#23:40Wib

Jodoh Terbaik (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang