9. Keputusan

1.1K 74 6
                                    

Happy Reading💜
*
*
*

"Astaghfirullahaladzim," ucap Naila dengan kencang. Ia tak sengaja menabrak seorang wanita yang berada di depan pintu, baru saja keluar cafe. Jiwa Naila sudah mulai runtuh, ia takut.

"Maaf mbak, saya tidak sengaja," lirihnya.

"Lain kali jalan pakai mata," ucapnya dengan sinis.

Suasana cafe siang itu sangat ramai, kepala Naila memutar ke semua arah mencari keberadaan dosen yang seenaknya memerintah orang. Bahkan tanpa persetujuan Naila. Dito yang berada di meja paling pojok melihat keberadaan Naila yang sedang kebingungan.

Pak Dosen Killer
Pojok

Naila mengecek aplikasi whatsapp ketika ada notifikasi, dia buru-buru melihatnya tanpa membuka pesan itu. Kepalanya mengarah ke pojok, lebih tepatnya pojok kanan. Naila melihat Pak Dito yang sedang berkutat dengan laptop miliknya.

"Assalamualaikum, pak?" salam Naila.

"Waalaikumsalam, silahkan duduk kalau merasa pegal," ucapnya tanpa mengalihkan fokus matanya yang sedang berhadapan dengan laptop.

Sungguh aku terkesima ketika melihat tubuhnya yang dibaluti jas dokter berwarna putih itu. Ternyata? Dia dokter juga? Sungguh banyak rahasia dibalik sosok dosen killer itu. Kakinya lemas tak sanggup berdiri jika harus menatap Dito yang jauh lebih cool dengan balutan jas putih itu. Naila akhirnya duduk, tak mempedulikan dosennya itu yang sedang sibuk dengan laptop.

"Maaf...."

Dito yang mendengar ucapan itu mengalihkan tatapannya dari laptop ke arah sumber suara. Dia melihat Naila yang sedang menunduk, dia bingung. Jangan sampai Naila menangis lagi seperti kejadian beberapa hari yang lalu di ruangannya. Apalagi mengingat kini mereka sedang berada di tempat umum.

"Ini tugas saya, sejak pagi tadi saya mencari bapak di kampus. Tapi tidak ada, akhirnya telat," ucapnya masih menunduk.

Dito mengambil makalah yang diletakkan Naila diatas meja. Perlahan ia membenarkan posisi duduknya menjadi lebih nyaman. Lalu memanggil waiters cafe itu.

"Saya pesan nasgor seefood 1, jus lemon tee 1, dan coffe latte 1," ucap Dito dengan cool. Bahkan waiters yang kebetulan perempuan itu merasa gugup ketika berhadapan dengan Dito.

"Baik pak, saya sebutkan ulang. Nasgor seefood 1, jus lemon tee 1, coffe latte 1. Ditunggu pesanannya pak," ucap waiters tadi, lalu pergi lagi.

Naila kaget? Tentu. Pesanan itu ada dua diantaranya yang menjadi favorit Naila. Mungkin hanya kebetulan saja, tidak usah geer Nai!

"Bagaimana dengan tugas saya, pak?" tanya Naila akhirnya.

"Nanti saya periksa, tapi nilai berkurang."

"Pak! Kan tadi saya sudah mencari bapak. Salah bapak sendiri yang tidak ada di kampus."

"Kamu tidak bertanya kan? Hari ini tidak ada jadwal saya ngajar."

Naila terdiam.

Rasanya percuma dia datang ke kampus, hanya satu niat Naila datang ke kampus. Tugas! YaAllah aku mohon ampun kepada Ilahi Robbi, kuatkan lah hati hamba.

"Terus? Percuma dong saya datang ke kampus?"

"Tadi saya ketemu kamu, kenapa tidak langsung memberikan tugasnya?"

"Padahal jarang-jarang loh dosen langsung ke rumah mahasiswinya untuk mengambil tugas, pagi buta pula."

"Bapak tidak bilang!"

Jodoh Terbaik (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang