Mesra

782 37 0
                                    

Setelah shalat maghrib di masjid, Naila baru sampai di rumah. Dia mengantarkan Mona terlebih dahulu yang rumahnya agak jauh dari kawasan tempat tinggal Naila.

Naila tak banyak berkata, dia memasuki rumah dengan sikap seperti biasanya. Apalagi mengingat Mas Dito masih suaminya, Naila menyalami Mas Dito yang sedang ada di ruang tamu. Naila melihat Mas Dito yang sedang sibuk dengan laptop, tak lupa kertas-kertas yang berserakan di meja.

Naila sudah paham betul kalau Mas Dito sedang mengerjakan pekerjaannya di rumah. Sebenarnya Naila merasa kasihan kepada Mas Dito, tetapi sikap Mas Dito yang belum juga mengambil tindakan atas permasalahan yang terjadi. Membuat Naila harus bersikap cuek kepada suaminya, Naila ingin melihat Mas Dito untuk memilih dan benar-benar mempertahankan Naila.

Naila duduk di sofa ruang tamu dekat Mas Dito, dia hanya memandangi wajah Mas Dito yang dahinya berkerut. Mungkin sedang banyak pikiran.

"Nai, suruh Mbak Ane untuk buatkan saya minum." Mas Dito memerintahkan Naila, akhirnya dia pergi ke dapur untuk membuatkan teh hangat untuk suaminya. Naila juga masih ingin berbakti kepada Mas Dito, bagaimanapun Naila belum ada rencana untuk mengakhiri semuanya.

Sebenarnya Naila hanya kesal dengan kehidupan yang ada, dia lelah dengan permasalahan yang terjadi.

"Ini mas," kata Naila, tak lama kemudian Naila langsung melangkah pergi menuju kamarnya. Dia belum bersih-bersih, tubuhnya terasa lengket karena seharian yang sibuk.

Tak membutuhkan waktu lama untuk Naila membersihkan tubuhnya, kini dia sudah rapih dengan piyama bercorak bunga. Rasanya suasana malam ini terasa dingin, membuat Naila mengurungkan niat untuk pergi ke bawah. Naila lebih memilih membaringkan tubuhnya yang lelah.

Bukan hanya lelah fisik, Naila juga lelah akan pikiran yang rumit. Apakah Siska akan marah kepada Naila? Namun, pilihan Naila untuk bersikap tegas sudah menjadi rencananya.

Naila hanya duduk dengan posisi semi fowler, dia membaca novel yang minggu lalu dibelinya di Gramedia. Sungguh! Naila langsung menangis saat baru di lembar pertama membacanya, ceritanya sangat sedih, bahkan kata-kata singkat yang sederhana namun memiliki banyak makna. Naila menangis dengan sesegukkan, dia jadi kebawa perasaan dengan alur ceritanya.

Saat Naila masih asyik membaca, bahkan matanya sudah sembab. Naila dikejutkan oleh seorang pria yang masuk ke dalam kamarnya. Setelah menyadari ternyata Mas Dito yang masuk, Naila langsung bersikap biasa lagi.

Namun, Mas Dito masih membawa laptop dan berkas-berkas map yang berlogo rumah sakit. Mungkin kali ini data pasien yang harus dikerjakan oleh Mas Dito. Naila masih mementingkan egonya dengan tidak berbicara kepada Mas Dito. Walau sebenarnya Naila tidak suka dengan situasi seperti saat ini.

Naila juga tersadar kalau Mas Dito sesekali memandang ke arah Naila, tetapi Naila tetap pada pendiriannya untuk bersikap cuek.

Naila masih disibukkan dengan novel, sedangkan Mas Dito menjadikan meja rias Naila sebagai tempat meletakkan laptop dan berkas-berkas. Ingin sekali Naila berkata, "Mas! Itu meja rias aku, kenapa harus diacak-acak?" Namun, itu hanya halusinasi. Pada kenyataannya Naila masih malas untuk berbicara walau sepatah kata.

💊💊💊

Dito lelah setelah pulang bekerja, bahkan seharian itu harus bulak-balik dari kampus ke rumah sakit. Namun, itu sudah menjadi resiko Dito karena mengambil dua profesi sekaligus.

Ingin rasanya saat Dito sampai rumah sudah ada Naila yang menyambutnya. Seperti kebanyakan istri yang melakukan hal sama saat suaminya pulang bekerja. Namun, Dito merasakan kecewa karena Naila belum pulang.

Jodoh Terbaik (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang