Suara Hati

1K 50 3
                                    

Sejak hari dimana Zahra merasa bingung. Sebenarnya, dia sudah menganggap Naila sebagai saudara kandungnya. Cukup lama mereka telah menjalin persahabatan, berpikir mereka akan mengetahui satu sama lain. Saling memahami dalam sebuah persahabatan, membuat terjalin dengan hubungan yang selalu baik.

Tetapi, persahabatan itu tiba-tiba tergores.

Zahra merasa kalau dia belum bisa menjadi sahabat terbaik untuk Naila. Akhirnya, dia lebih memilih menyibukkan diri dengan pengajuan beasiswa yang akan ditempuhnya.

Kala mengingat kejadian-kejadian yang membuat hatinya ganjal, seketika itu Zahra merasa tidak dianggap sahabat oleh Naila. Dia merasa persahabatan yang terjalin selama ini tidak ada artinya.

Saat itu, Zahra memang sengaja menitipkan mobilnya di parkiran Ibu Warung yang tak jauh dari kampus. Zahra terdiam, ketika itu dia melihat Naila turun dari mobil milik seseorang yang bahkan Zahra kenali.

Zahra hanya berbasa-basi kepada Naila, sempat dirinya termenung ketika mendengar ucapan bohong dari mulut Naila. Zahra hanya mengiyakan saja, tanpa ingin tau alasan lainnya. Tetapi, kenyataan dan omongan Naila sangat berbeda.

Kejadian itu tidak terjadi satu kali saja, bahkan berkali-kali Zahra sempat melihat Naila yang turun dari mobil salah satu dosennya itu. Bodoh kalau Zahra tidak mengenali mobil milik dosen yang paling terkenal seantera kampusnya itu.

Tetapi, Zahra masih terdiam. Dia mengikuti alur Naila yang membohonginya.

Hingga, Zahra merasa aneh. Ada hal ganjal yang terjadi di antara mahasiswi dan dosennya itu. Zahra masih terdiam juga, walau rasa curiga selalu menghantui Zahra. Dia berpikir kalau mungkin Naila juga butuh privacy, tidak semual hal harus diceritakan.

"Kamu udah nikah?" tanyaku saat itu, Naila terlihat gugup.

"Eh..masa nikah? Pacar aja kaga punya," jawab Naila sedikit gugup.

"Ini jari manis kamu?" tanyaku lagi.

"Oh ini?" dia menunjukkan lengan yang tersemat cincin. "Itu, Mamah beliin buat aku. Tapi cuman muat di jaris manis," kata Naila saat itu, aku percaya saja.

"Dikira udah nikah," kataku dengan tertawa.

Naila pasti menyembunyikan sesuatu, apalagi terlihat dari responnya yang gugup. Tetapi, Zahra masih bisa mengontrol dirinya kalau dia tidak penasaran. Bukankah persahabatan itu saling percaya? Tetapi, kenapa Naila malah tidak bercerita apapun kepada dirinya?

Itulah yang membuat Zahra merasa sedih, apalagi dirinya tidak bodoh ketika melihat Pak Dito juga memakai cincin yang sama persis seperti Naila. Mungkinkah?

Semoga apapun yang terjadi, Zahra akan memaafkan Naila. Untuk saat ini, mungkin Naila sedang butuh privacy. Tidak mudah rasanya bersahabat dengan Naila, tetapi kali ini rasanya dia seperti tidak dianggap.

Akhirnya, kejadian selanjutnya yang membenarkan kenyataan. Zahra merasa telah dibohongi untuk saat ini, pikirannya sudah pasti benar.

Ketika Naila mengajak kerja kelompok bersama, tetapi dia malah membawanya ke sebuah apartement yang tak jauh dari kampus. Bukankah Naila tidak bisa kalau harus tinggal tanpa kedua orang tuanya? Ini merasa aneh kalau alasan Naila ingin hidup mandiri.

Sekilas Zahra juga sempat melihat foto yang terpajang di sebuah laci, dia mengenali dua orang yang berada dalam potret tersebut. Tetapi, Naila dengan buru-buru menutupnya menggunakan tubuhnya.

Dengan gerak-gerik yang membuatnya bingung juga, Naila menyuruh Zahra untuk cepat-cepat masuk kamarnya. Akhirnya, mereka mengerjakan tugas kelompok di kamar milik Naila.

Selama mengerjakan tugas, Zahra masih sempat berpikiran tentang apa yang terjadi dengan mereka. Kenapa Naila membohongi dirinya?

"Nai, kenapa lu ga percaya gua?" gumamnya, ketika Naila izin ke kamar mandi. Dia menatap langit-langit kamar Naila, hampir saja air mata itu jatuh kalau Zahra tak dapat menahannya.

Zahra berpamitan pulang, dia ingin beristirahat. Rasanya tubuh lelah, apalagi batin dan pikiran yang menemaninya. Dia ingin segera terhindar dari beban ini, lelah rasanya.

Tetapi, saat dia akan memasuki pintu lift. Seketika langkahnya terhenti, kala melihat dosennya itu keluar dari pintu lift dengan menenteng beberapa jinjingan.

Dia bersama dua orang lainnya, tetapi kedua orang itu jalan lebih dulu.

"Selamat malam, Pak," sapa Zahra, Pak Dito membalasnya dengan tersenyum.

"Bapak tinggal disini?" tanya Zahra akhirnya.

"Iya," jawabnya.

"Baik, Pak. Saya duluan," pamit Zahra.

Selama perjalanan pulang, Zahra memastikan pikirannya. Dan, ada hal lain yang membenarkannya juga. Hingga sampai rumah, Zahra langsung membersihkan tubuhnya yang terasa lengket.

Dia tidak langsung tertidur, masih terbayang akan hal yang terjadi. Mungkinkah mereka telah menikah? Tetapi, Naila kenapa tega membohonginya?

Dia mendengar suara yang berasal dari handphone miliknya, tertera nama Naila yang muncul. Zahra tidak langsung mengangkatnya, dia masih malas kalau berhubungan dengan Naila.

💊💊💊

Esoknya, Zahra sibuk dengan urusannya. Dia lebih menyibukkan diri, tentunya lebih memilih menghindar dari Naila. Pesan yang dikirim Naila pun tak pernah dia balas lagi, dia hanya butuh ketenangan.

"Alhamdulillah," ucapnya ketika melihat kertas putih yang berisikan tulisan dengan kata 'LOLOS'. Dia lolos untuk beasiswa di Universitas yang lebih terfavorit.

Zahra lebih leluasa lagi untuk menghindar dari Naila. Apakah Naila juga lolos? Sempat-sempat dirinya masih memikirkan kehidupan orang lain, bahkan orangnya saja tidak ingin diketahui tentang kehidupan pribadinya.

Zahra segera cepat pulang, dia mengabari orang tuanya. Dia juga segera membereskan perlengkapan yang akan dibawanya ke Kota Banyuwangi. Mungkin Zahra akan tinggal sendiri, jauh dari kedua orang tuanya.

Menyibukkan diri Zahra berhasil tanpa diduga. Sudah seminggu pula dia tidak pernah bertemu dengan Naila, di kelas pun tidak pernah. Memang beberapa minggu ini sistem pembelajaran free.

Dia juga tidak sempat berpamitan kepada Naila, dia langsung saja pergi ke Bandara diantar oleh kedua orang tuanya.

"Semoga kamu cepat wisuda yah sayang," ujar Mamahnya.

Mereka saling berpelukan.

"Hati-hati! Jaga diri baik-baik!" peringat Papahnya.

Akhirnya Zahra terbang untuk menuntut ilmu sesuai apa yang diinginkannya. Kelak semoga sukses, itulah keiinginan Naila dan Zahra.

💊💊💊

Jazakumullah Khairan🙏😇

Aku udah lama ga update yah? Kangen ga?:v

Maafin kalau pendek🙏 Jangan lupa baca, vote, and coment👌
@Ermawati667

#Senin
#04Oktober2020
#13:18Wib

Jodoh Terbaik (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang