Part 5

66 12 21
                                    

Yang udah mampir, makasih><
Jagan lupa tekan bintang wankawan:)
Ntar dapet Asahi kw loh:v
.
.
.

Bel istirahat sudah berdering sepuluh menit yang lalu, namun Hana masih enggan turun dari kasur UKS yang nyaman. Apa mungkin dia akan di sini sampai jam pulang? Rasanya tak apa, sekali-kali.

Merasa bosan, Hana membuka roomchatnya dengan seseorang.

To: Kakel Kurbel
Udah belom?|

|Udah, makasih
Read

Hana terkikik kecil setelah membaca pesan itu. Dirinya bisa membayangkan wajah Jinaa yang merah padam, tetapi setelahnya meringis kala dia membayangkan bagaimana nanti dia menghadapi Jinaa setelahnya. Peranakan maung itu pasti akan memarahinya habis-habisan.

~ooOoo~

"Awas lo, Hana." Jinaa meremat baju seragamnya. Jantungnya berdebar. Ingin pingsan saja rasanya.

Jinaa duduk di salah satu bangku taman belakang sekolah, di sampingnya sudah ada lelaki yang pernah satu cafe dengannya saat dia memata-matai Hyesung dan Jihoon. Satu kata untuk kondisinya saat ini. Malu.

Lelaki itu sedari tadi hanya memjamkan matanya tanpa berniat berbicara. Hey! Apa dia menghiraukan keberadaan Jinaa?

"Jinaa."

"K–kak, D—eh, Kak, duluan aja." Ucap Jinaa gugup saat mereka bersamaan memanggil nama.

"Ekhem," lelaki yang di panggil Jinaa 'Kak' itu,  berdeham sebelum memulai ucapannya. Pandangannya beralih menatap intens setiap inci wajah Jinaa. "Lo—" lelaki itu menggantungkan kalimatnya, ia ingin melihat respon Jinaa.

Jinaa sangat antusias menanti kelanjutan ucapan dari lelaki itu, wajahnya jadi terlihat lucu. Bak anak kecil yang menantikan permen dari Ayahnya.

Manis.

Lelaki itu terseyum, sebenarnya dia juga bingung ingin mengatakan apa. Sampai, suatu ide muncul di kepalanya.

"—Yang waktu itu di cafe, 'Kan?" tanyanya tepat sasaran, melihat respon Jinaa yang hanya menunduk membuatnya semakin yakin.

"I–iya, Kak." Jinaa sungguh merasa malu saat ini, apa yang dia takutkan ternyata terjadi! Oke, ingatkan Jinaa untuk melempar Hana, jika mereka bertemu nanti.

"Gak, usah malu gitu kali." Ujar lelaki tadi, masih dengan senyum di wajahnya. "Kalian kelihatan lucu," ucapnya dengan kekehan yang membuat Jinaa makin terbuai.

"Eh?" beo, Jinaa. Dia tidak salah dengar 'kan?
Jinaa memperbaiki posisi duduknya, berdeham sebentar, lalu mengalihkan pandangannya kedepan. Tak sanggup melihat manik hitam pekat milik lelaki di sampingnya ini.

"Kak Derry, tahu dari mana kalau itu, aku?" tanya Jinaa, kini pandangnya beralih menatap Derry kembali. Hendery a.k.a Derry,  membalas tatapan Jinaa. Oh, Sh*t! Jantung Jinaa berdegup tak beraturan, suaranya mungkin dapat didengar oleh Derry.

"Apa sih, yang gue gak tahu tentang lo." Jawab Derry diakhiri kekehen, "gue punya mata-mata spesial." Lanjutnya, seperti akan tahu apa yang Jinaa tanyakan. Mendengar penuturan dari mulut Derry, membuat Jinaa bungkam. Bisa dipastikan wajahnya menjadi merah merona.

Hening.

Tak ada satupun yang ingin berbicara lagi. Ntah lah, mungkin mereka sedang memikirkan topik yang menarik.

Merasa bosan dengan keadaan, Jinaa bertanya tentang apa yang menggangu pikirannya sejak tadi. "Kak, yang jadi mata-mata aku, siapa?" tanya Jinaa pelan, takut kalau nanti Derry akan memarahinya karena terlalu kepo. Mau bagaimana lagi? Ke kepoan Jinaa sudah di ambang batas.

Asahi My Mine! (AMM) [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang