Part 3

72 14 11
                                    

Sorry for typo's
--------------
.
.
.

Malam ini rasanya sungguh berbeda dari malam sebelumnya menurut Hyesung. Jantungnya tanpa berhenti berdegup tak beraturan. Pikirannya hanya memikirkan satu nama malam ini. Park Jihoon.

Hyesung terus saja mondar-mandir di depan meja rias. Memastikan bahwa dandanannya tidak terlalu tebal. Bagaimana pun ini kencan pertama nya.

Kencan? Iya. Setelah sampai di rumah selepas pulang membeli novel, Jihoon tiba-tiba menghubungi Hyesung dan mengajaknya untuk berkencan. Ntah angin dari mana, Hyesung langsung meng-iyakan ajakannya.

Drrrtt...

From: Jiun🐼
|udah siap belum?

Udah, Hoon|

|Oke, gue otw                                                       

Hyesung segera bergegas turun kebawah setelah mendapat pesan dari Jihoon dan merasa dandanannya cukup. Ini kencan pertama, harus terlihat cantik, 'kan?

Tok... Tok...

Tak lama, terdengar ketukan di pintu. Pasti itu Jihoon. Sepertinya dia berguru pada Hana saat latihan menyetir mobil.

Hyesung segera membuka pintu. Begitu di buka, nampaklah Jihoon dengan pakaian yang cukup mengesan dimata Hyesung. Simple saja, Jihoon hanya menggunaakn kaos hitam di padukan dengan kemeja maroon kotak-kotak, celana jeans dan sepatu Converse sebagai pelengkap.

"Udah siap?" tanya Jihoon. Hyesung yang sedang memerhatikan Jihoon seketika tersedar.

"A–ah, iya. Udah."

Keduanya berjalan beriringan ke mobil Jihoon. Setelah sampai, Jihoon membukakan pintu untuk Hyesung, membuat sang empu merona. Mobil Jihoon melaju melewati jalanan kota yang lengang malam ini.

~oOo~

"Han! Harus banget ya, kita pake pakaian kayak gini?" tanya Jinaa kesal.

"Iya! Biar kelihatan kaya detektif gitu," ujar Hana semangat.

"Ya, ampun. Kita tuh cuman mau ikutin Hyesung! Bukan mau jadi mata-mata negara pe'a!" kesal Jinaa.

Malam ini, mereka berdua akan mengikuti Hyesung seperti perkataan mereka siang tadi saat di parkiran sekolah.

Bukan karena apa Jinaa marah kepada Hana, tapi temannya yang satu ini sangat membuatnya kesal! Bagaimana tidak? Bayangkan saja Jinaa harus memakai baju Detektif era 80-an lengkap dengan peralatannya. Memalukan.

"Han, ganti aja, ya. Malu .... " Rengek Jinaa, berharap Hana menghentikan ide konyolnya.

"Gak! Pokoknya harus kayak gini," tegas Hana sambil menaikkan kaca mata detektifnya. "Ayok, ihh ... keburu Hyesunnya pergi." Hana menarik paksa lengan Jinaa agar segera ikut dengannya.

Jinaa hanya bisa pasrah saat mereka berdua perlahan keluar dari rumah Hana. Mau membatalkan, tapi dia sudah kepalang tanggung.

Mereka berdua bergegas ke rumah Hyesung. Sampai di sana, rumah Hyesung nampak sepi, sepertinya mereka terlambat. Jinaa mengucap syukur dalam hati, paling tidak dia 'tak jadi mengenakan pakaian detektif ini.

"Yah, udah keburu pergi Hyesungnya. Gimana dong?" tanya Hana lesu. Sia-sia dong dia membeli baju ala-ala detektif ini.

"Gini aja." Jinaa menjetikkan jarinya. "Kita cari di deket cafe sini aja! Tapi ... ganti baju dulu, ya," pinta Jinaa dengan nada memelas. Lagi.

Asahi My Mine! (AMM) [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang