Part 14

29 7 40
                                    

Sebelum masuk ke intiya gue mau curhat dikit. Pas ngetik part ini gue ketawa sendiri asli, ga tau kenapa. Tapi, seneng aja gitu masih ada yang baca cerita gue. Makasih banget ya, gue juga ga maksa buat vote, baca cerita ini aja dan sabar nunggu gue update, udh bersyukur banget😭. Luv, lah!❤

Jaga kesehatan ya~

***

Gadis dengan netra berwarna hijau itu terus saja tersenyum, membuat dua sahabatnya kebingungan. Dari semalam gadis itu sudah membuat heboh grup line mereka, ia berkata akan memberitahu sesuatu besok. Namun, sampai detik ini pun gadis tersebut tidak bicara dan malah tersenyum tidak jelas.

Bukannya mereka tidak suka jika gadis itu terseyum, tetapi mereka sudah lelah menunggu lebih dari sepuluh menit. Buang-buang waktu saja untuk melihat orang tersenyum seperti orang gila.

"Cabutlah, capek gue liat ini anak senyum mulu."

"E-eh, mau ke mana? Mau denger gue cerita nggak?"

"Lo pikir kita berdua dari tadi diam doang kayak orang sariawan lagi nunggu apa?"

"Karma Tuhan. Hehe." Cengiran andalannya ia perlihatkan.

Jinaa ingin menjambak manusia bentukan seperti ini. Kalau saja Hyesung tidak menahan pergerelangannya. Mengembuskan napas kesal, ia kembali duduk. Tolonglah, gadis itu tengah kelaparan sekarang dan harus bertahan di dalam kelas karena kata penting dari Hana semalam.

"Pulang gue jajanin deh, janji!"

"Dompet lo menipis jangan salahin gue, ya."

Sepertinya menawarkan hal seperti tadi adalah kesalahan terbesar. Ia baru ingat jika bentuk traktiran dalam kamus sahabatnya itu dalam hal berbeda dan harus dituruti. Tidak apa-apa, hitung-hitung bersedekah.

Hana memperbaiki posisi duduknya, kapala ia dekatkan pada yang lain, biar tidak kedengaran orang lain. Padahal kelas sedang kosong karena para penghuni pergi untuk mengisi perut.

"Gue udah pacaran sama Asahi." Dengan senyum yang tidak pernah luntur, gadis itu berucap mantap.

Jinaa menarik gemas pipi gadis itu. "Ayo bangun, udah siang."

Gadis itu mendatarkan pandangannya, kenapa tidak percaya pada apa yang ia katakan barusan?

"Beneran, ih!"

"Hana, kayaknya kamu lagi sakit, deh."

Jinaa berusaha menahan tawanya, sedangkan gadis satunya semakin merenggut. Teman-temannya ini sangat halal untuk ditenggelamkan di Palung Mariana.

"Lo kenapa ikut-ikutan, sih? Ih, beneran gue udah pacaran sama Asahi!" Gadis itu merasa kepalanya pening dengan dua bentukan Medusa tersebut.

"Iyain aja biar seneng."

Lalu, keduanya tertawa sambil bertos ria, menghiraukan gadis bermata hijau yang memandang mereka dengan wajah kesal.

"Jangan lupa traktirannya, ya. Yuk, Sung. Kita ke kantin aja."

"Dadah, Hana. Semoga cepat sembuh."

Gadis itu hanya mampu megusap dada sabar. Tidak apa jika keduanya menganggap ia sedang berhayal yang penting pada kenyatannya ia adalah pacar Asahi.

•••

Jinaa masih saja memikirkan ucapan Hana yang menurutnya tidak mungkin terjadi, kecuali jika lelaki Jepang itu terketuk pintu hatinya dan mau menerima manusia modelan gadis tersebut.

Asahi My Mine! (AMM) [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang