Part 11

55 9 15
                                    

"Pergi lo dari rumah gue."

Sontak saja dua wanita yang sedang berpelukan terlonjak kaget. Sejak kapan pria itu berdiri di sana? Apakah dia mendengar semuanya?

"Asa, kapan kamu sampai?" tanya Seojong setelah mendapati putranya berdiri tidak jauh dari tubuhnya—hanya terhalang meja kaca.

"Barusan, Ma."

Diam-diam keduanya menghela napas lega.

"Kenapa masih di sini?" tanya Asahi yang tentunya untuk Aerii. "Nangis segala, mau caper pasti."

"Asa!"

Asahi yang ditegur hanya melirik malas. Kemudian melangkah menuju kamarnya. Meninggalkan dua wanita yang sedang bersih tatap.

"T–tante, Aerii mohon ... J–jangan kasih tahu siapa-siapa."

Seojong nampak berpikir, kemudian mengangguk. Ini juga bukan urusanya, biarlah Aerii sendiri yang nanti berucap jujur kepada sang Ayah.

"Makasih, Tante. Aerii pamit."

"Tante suruh Asahi aja, ya?"

"Nggak, usah. Aku dijemput supir."

Bodoh!

Aerii terseyum licik dalam diam. Kenapa wanita tua itu mau saja tertipu daya dengan permintaannya agar tidak memberi tahu siapa pun?

Aerii mengelus perutnya, dia pikir, tidak ada salahnya mengandung anak ini. Karena, dengan itu dia bisa melancarkan renaca awalnya. Ah, dia terlalu sempurna untuk peran antagonis.

Beralih dari Aerii yang sedang memikirkan rencana baru, kini berpindah pada Seojong yang memandang aneh sang putra yang sedang senyum sendiri dari ambang pintu. Ada apa dengan putranya itu? Tidak biasanya dia tersenyum seperti itu.

"Sa, Mama boleh masuk?"

Asahi yang sedang berbaring langsung mendudukkan dirinya begitu mendengar suara Seojong.

"Masuk aja, Ma."

Perlahan Seojong masuk, kemudian mendudukan dirinya di samping ranjang. Menatap anaknya yang masih saja tersenyum. Dia juga ikut tersenyum melihat anaknya yang nampak bahagia.

"Seneng banget, ya. Sampai senyum-senyum sendiri. Habis ngapain kamu? Hayoooo," goda Seojong.

Asahi yang tertangkap basah hanya mampu menggeleng.

"Anak Mama udah besar ya, sekarang."

"Mama, apa, sih."

Seojong terkekeh. "Gimana tadi? Saliman sama Ayah mertua dulu baru bulang?" Kedua alisnya naik turun.

"Apaan, deh. Ayah Hana lagi ke rumah neneknya," jawab Asahi.

"Jadi, Hana cuman sendiri di rumah?"

Asahi mengangguk memebenarkan.

"Kenapa kamu ngga temenin aja?"

"Mama ...!" rengek Asahi.

Asahi My Mine! (AMM) [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang