Part 20

42 7 15
                                    

Siapkan mental dirimu kawan:)
Baca pelan², jangan palli². Ntar Feelnya ga dapet. Itupun kalau Feelnya emang ada:v

1844 word. Moga ga gumoh ^^
.
.
.

"Ngga nyangka aku, Sa. Aku minta jemput kamu buat dihibur, bukan buat dapet luka lagi."

Lagi, gadis bernetra hijau itu mengeluarkan kristal bening dari matanya. Entah sudah berapa kali ia menangis dan dijatuhkan berungkali akhir-akhir ini. Menepis jarak antara punggung dan tembok kamar dibelakang. Cukup, ia sudah tidak kuat.

Haruskah ia menyerah setelah berjuang susah payah untuk mendapatkan pangeran berkudanya?

"Stop! Jangan deket-deket!" teriakan tidak luput keluar dari ranum yang dulunya selalu menampilkan senyum.

"Sa? Kamu nganggep aku apa? Apa aku terlalu bodoh dimata kamu sampai kamu buat aku begini?" Sirat akan luka itu semakin menusuk iris mata sang lawan bicara.

"Apa a–aku salah suka sama kamu?" Bahu sempit itu semakin bergetar seiring dengan isakan tertahan.

"Hana, aku bisa jelasin." Asahi terus saja membujuk gadisnya.

"Jelasin apa lagi? Jelasin kalau Aerii ngandung anak kamu?!"

Benteng yang gadis itu bangun rupanya belum sepenuhnya kokoh. Ia jatuh bersimpuh di lantai dengan tangis pilu. Tidak pernah terbayang kalau semua ini akan terjadi.

Sedangkan di sisi lain Asahi sedang meremas tangannya sampai buku jari memutih. Betapa brengseknya ia. Ya, dia akui itu. Ia sungguh tidak tahu kalau Hana sudah mengetahui hal ini.

Lima belas menit lalu, saat ia mengantar Hana kembali ke kamarnya, gadis itu meminta waktu berdua untuk berbicara.

Foto malam itu, entah dari mana gadis itu mendapatkannya. Hingga membuat gadis itu kembali meraung dalam kesakitan batin yang luar biasa hari ini atas pengakuannya.

"Kamu kalau mau putus tinggal bilang, Sa. Jangan gini."

Gadis itu makin tersiksa. Ia tahu ini salahnya—sempat memaksakan kehendak hingga menjatuhkan harga diri demi mengemis cinta pada pria Jepang itu.

"Ngga! Kamu dengerin dulu penjelasan aku, oke?" Lelaki itu hampir hilang akal karena tidak diperbolehkan untuk memberi penjelasan.

"Apa lagi? Semua udah jel–"

"Cukup! Kamu ngga tahu apa yang terjadi dan kamu ngga mau juga dengerin penjelasanku. Berhenti buat diri kamu jadi orang yang paling tersakiti! Aku juga sakit di sini!"

Mulut sialan. Kata-kata pedih itu meluncur begitu saja tanpa perintah. Bentakan tidak pula terelakkan. Lelaki itu kalut, gadis itu sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk terus terang.

Asahi tidak sengaja. Sungguh! Ia turut sedih melihat manik indah itu mengeluarkan air, ia ikut menderita mendengar tangis pilu dari gadis itu.

"See ...? Kamu bentak aku yang bahkan papaku saja ngga pernah! Brengsek!"

Tidak, bukan itu yang lelaki itu mau. Bukan sorot mata yang terluka, bukan pula ucapan kasar penuh akan kebencian dari belah bibir gadisnya.

Lelaki itu terhuyung kebelakang saat Hana dengan sengaja menubrukkan punggung keduanya. Dengan cepat ia mencekal pergelangan tangan gadis itu saat hendak membuka pintu.

"Lepasin!"

Bukannya mengendur, cekalan tangan itu makin menguat.

"S–sakit, Sa. Lepasin!"

"Aku ngga bakalan biarin kamu keluar sebelum dengerin penjelasan aku dulu." Nada dingin itu terkesan sinis.

"Sa, i–ini sakit. L–lepasin aku mau pulang ...!" Semakin memberontak, semakin kuat juga genggaman pada tangannya. Bisakah ia pulang sekarang?

Asahi My Mine! (AMM) [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang