Part 18

25 5 18
                                    

Haii, balik lagi nih!
.
.
.

Siang itu, mentari setia bersembunyi di balik awan mendung. Langit pun sudah meluncurkan beberapa tetes hujan yang makin lama makin merembas dengan deras. Gemuruh juga seperti berlomba-lomba untuk memamerkan bunyi paling kuat. Tak lupa ada petir yang menyala.

Tidak seperti susana di luar sana yang berisik akan gemuruh, di salah satu kamar milik seorang gadis hanya terdapat keheningan. Sang pemilik yang biasa akan menjadi biang keributan, sekarang malah bersembunyi di bawah selimut berkarakter miliknya.

Mood-nya yang memang kurang bagus dari tadi pagi, tambah buruk karena bertengkar dengan sang mama. Baru kali ini ia terlibat pertengkaran dengan wanita tua itu.

Itu semua berawal dari ia yang pulang sekolah yang langsung ditarik ke sofa ruang tamu. Awalnya gadis itu pikir jika mama akan mengatakan suatu hal yang penting.

"Mama mau kamu ajak Asahi main ke sini."

"Buat apa?"

"Mau bilang sama dia buat kenalan sama Hina."

"Ma?" tanya gadis itu bingung.

"Apa? Mama cuma mau kakakmu bahagia sama pilihan Mama!"

"Tapi, Ma. Asahi pacar aku! Lagian Kak Hina udah punya pacar!" sentak gadis itu yang kaget dengan maksud terselubung mamanya.

"Kamu harus nurut. Sekali-kali balas budi sama Mama yang udah besarin kamu sampai sebesar ini."

Gadis itu tidak menjawab lagi dan langsung pergi dari sana. Ia sangat kesal sehingga lupa akan tata krama.

Gadis itu menyibak selimutnya dengan kasar. Ingin berteriak agar sedikit merasa lega, tetapi ia tidak mau membuat orang rumah kaget akan suaranya. Sedikit menyesal karena tidak menyetujui usulan sang papa yang menawarkan jika kamar gadis itu dibuat agar kedap suara.
"Mama kenapa, sih?! Akhir-akhir ini Kak Hina mulu yang dipentingin!" gerutu gadis itu.

Mereka sepakat kalau di rumah, maka Hyesung akan dipanggil Hina.

Ia sebenarnya tidak masalah dengan sikap sang mama yang secara terang-terangan memberikan kasih sayang lebih pada sang kakak. Ia tahu jika wanita tua itu baru bertemu dengan Hina, makanya bersikap seperti itu.

Namun, yang membuatnya kelimpungan adalah rencana mama untuk menyatukan Asahi dengan sang kakak. Walau ia tahu presentasi untuk membuat itu semua jadi nyata sangat kecil, tapi tetap saja ia khawatir. Di tambah lagi watak dari wanita tua itu yang keras.

"Arrrrgghhh!" Gadis itu berteriak frustasi pada kahirnya.

Seperskian detik berikutnya, pintu kamar terbuka dari luar. Menampilkan Hina yang menatapnya dengan bingung.

"Kamu kenapa?" tanya gadis itu begitu menutup pintu.

Hana bingung, haruskah ia bercerita pada kakaknya?

"Eung, itu. Mama mau jodohin kamu sama Asahi."

Gadis yang baru saja mendudukkan diri di kursi meja belajar itu terlonjak kaget.

"Dih! Ngga mau aku! Es balok macam begitu kalah jauh sama pandaku."

Hana tersenyum simpul. Baguslah kalau kakaknya itu menolak.

"Tapi, Kak. Besok rencananya Asahi mau datang sama keluarganya," ucap gadis itu lirih.

Mimiknya dibuat sesedih mungkin agar gadis satunya percaya dengan apa yang ia katakan barusan. Iya, dia berbohong.

"Kamu tahu sendiri Mama orangnya kayak gimana, Kak. Apa yang dia mau harus jadi," lanjutnya.

Gadis bernetra hijau itu mencuri-curi pandang, memastikan bahwa sang kakak termakan omongannya. Seulas senyum terbit begitu melihat wajah sang kakak yang berubah, seperti sedang memikirkan sesuatu.

Asahi My Mine! (AMM) [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang